NEWS

Kemendag Diingatkan Tak Telat Impor Bawang Putih untuk Jaga Inflasi

Mayoritas kebutuhan bawang putih domestik dari impor.

Kemendag Diingatkan Tak Telat Impor Bawang Putih untuk Jaga InflasiIlustrasi : kumpulan bawang putih (Shutterstock)

by Eko Wahyudi

08 September 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Setelah terjadi penyesuaian harga terhadap bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, harga sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan. 

Berdasarkan tabel harga Bappenas dan Kementerian Perdagangan (Kemendag), harga bawang putih dalam sepekan belakangan cenderung naik. Sedangkan, data BPS secara periodik menunjukkan bawang putih tergolong sebagai penyumbang signifikan inflasi. 

Karena itu, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan diingatkan untuk membuka keran impor bawang putih dan komiditas hortikultura lain demi mencegah bertambahnya angka inflasi.   

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas, meramalkan harga akan melonjak tinggi jika pemerintah terlambat mengeluarkan izin Impor bawang putih. Hal tersebut berkaca pada pengalaman sebelumnya. 

Saat ini, kata Andreas, kebutuhan bawang putih di Indonesia sekitar 600 ribu ton per tahun. Sehingga jika Kementerian Perdagangan (Kemendag) menunda impor, hampir dipastikan harga bawang akan bergejolak. “Saya amati terus sejak 2017-2019 kalau terlambat impor, pasti harga bisa di atas Rp60 ribu per kilogram,” katanya dalam keterangannya, Kamis (8/9).

Minimnya produksi bawang putih dalam negeri

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berjalan di kebun bawang putih sebelum panen di Desa Tuwel, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Jumat (12/8)

Dia mengatakan jumlah kebutuhan bawang putih sudah pasti, sehingga volume impornya sebenarnya sudah dapat dipastikan. Biasanya harga naik karena stok langka di pasaran. Berhubung produksi bawang putih di Indonesia sangat rendah—hanya sekitar 10 persen dari kebutuhan—maka sisanya harus ditutup oleh impor

“Bawang putih itu memang ketergantungan impor hampir 100 persen. Kalaupun ada yang lokal, paling hanya bawang lanang di petani di Tawangmangu, sedangkan hampir semua di pasaran dari impor,” ujarnya.

Ia menilai, impor hortikultura belakangan sudah baik. Karenanya, hal tersebut harus dijaga agar tak mengulang kebijakan impor lalu yang menurutnya kurang baik.   

“Karena swasembada itu pasti gagal, wajib tanam tidak menjawab persoalan sesungguhnya dari bawang putih. Ternyata betul, kementan saat itu 2019 akhirnya kan gagal total,” kata dia.

Langganan penyumbang inflasi

ilustrasi : inflasiShutterstock/Luis A. Orozco