NEWS

Harga Gas Eropa Melonjak 62% setelah Rusia Invasi Ukraina

Uni Eropa siapkan sanksi ekonomi lebih luas ke Rusia.

Harga Gas Eropa Melonjak 62% setelah Rusia Invasi UkrainaIlustrasi tangki gas. Shutterstock/OlegRi

by Hendra Friana

25 February 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Harga energi Eropa melonjak setelah pasukan Rusia menyerang Ukraina dan mendorong pemerintah negara-negara Barat untuk memberikan sanksi ekonomi lebih lanjut sebagai tanggapan.

Mengutip Fortune.com benchmark gas berjangka Belanda naik sebanyak 62 persen, menjadi 135,725 euro per megawatt-hour (MwH) pada Kamis (25/2) 16:51 waktu  Amsterdam. Ini merupakan kenaikan terbesar sejak 2005, dalam lonjakan empat hari berturut-turut. Sementara di Jerman untuk Maret melonjak sebanyak 58 persen menjadi 314,01 euro per MwH.

Tak hanya harga gas, harga bahan baku energi lainnya juga mamanas. Batu bara Eropa untuk tahun depan naik sebanyak 23 persen, sementara minyak melonjak di atas US$105 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014.

Sebagai informasi serangan-serangan Rusia ke Ukraina dalam dua hari terakhir telah memicu krisis keamanan terburuk yang dihadapi Eropa sejak Perang Dunia II dan mengancam akan memperburuk krisis pasokan energi di benua itu. Sebelumnya, pandemi juga telah mendorong krisis energi Eropa ke kondisi terburuknya dalam beberapa dasawarsa terakhir.

Konidisi ini tak lepas dari ketergantungan Uni Eropa terhadap Rusia dalam hal pasokan gas. Lebih dari sepertiga pasokan gas berasal dari negeri beruang merah, dan sekitar sepertiga dari aliran itu dikirim melalui Ukraina.

Parahnya lagi, rendahnya persediaan bahan bakar di Eropa tahun lalu telah mengerek harga ke level tertinggi, dan volume dari Rusia telah dibatasi sejak paruh kedua tahun 2021.

“Dalam kasus risiko ekstrem, yang akan kami definisikan sebagai salah satu yang memiliki dampak negatif material dan abadi pada pertumbuhan global, konflik dapat meningkat ke tingkat yang mendorong negara-negara Barat untuk menerima gangguan aliran energi Rusia,” kata analis dari UBS Group AG mengatakan dalam sebuah catatan Kamis.

Di hari yang sama, rksportir gas Rusia Gazprom PJSC mengatakan bahwa pengirimannya ke Eropa melalui Ukraina masih normal dan tidak mengalami gangguan. Penyulingan Austria OMV AG juga menyampaikan bahwa pasokan gas alam dari Rusia terus sejalan dengan kontrak perusahaan dengan Gazprom.

Data dari operator transportasi gas Slovakia Eustream AS menunjukkan, aliran gas Rusia melalui Ukraina yang dalam beberapa bulan terakhir mengalami penurunan sebenarnya naik pada hari Kamis meski terjad ilonjakan harga.

Sanksi ekonomi menanti

Sebelumnya, para duta besar Uni Eropa dengan suara bulat mendukung paket sanksi yang lebih luas terhadap Rusia yang dirancang jika mereka menginvasi Ukraina.
Jerman awal pekan ini menangguhkan sertifikasi pipa Nord Stream 2 yang akan mengirimkan gas langsung dari Rusia ke Eropa. Sementara AS pada hari Rabu juga telah menambahkan proyek itu ke sanksinya terhadap Rusia.

Akibatnya, jaringan pipa tidak mungkin dimulai dalam jangka menengah karena serangan Rusia, kata Wakil Kanselir Jerman Robert Habeck.

Meski demikian, sanksi apa pun yang membatasi akses Rusia ke mata uang asing dapat menjungkirbalikkan pasar komoditas dari minyak dan gas, hingga logam dan makanan.

Para produsen sedang menunggu untuk melihat hukuman lebih lanjut apa yang akan diberikan—terutama tindakan apa pun yang terkait dengan minyak dan gas—dan apakah Rusia akan dikeluarkan dari sistem pembayaran internasional SWIFT yang digunakan oleh bank.

“Jika Barat memutuskan untuk memutuskan Rusia dari SWIFT, pembayaran untuk pasokan gas Rusia akan menjadi tidak mungkin,” kata Katja Yafimava, peneliti senior di Institut Oxford untuk Studi Energi.

“Itu akan menjadi penyebab force majeure kontrak yang mengarah pada penghentian pasokan, dengan konsekuensi dramatis bagi konsumen Eropa dari ketersediaan fisik dan perspektif harga.”