- Sawit dan turunannya, karet alam, serta produk perikanan.
- Alas kaki, tekstil, dan produk tekstil (TPT).
- Furnitur, elektronik manufaktur, hingga alat olahraga.
Ekspor Indonesia ke Eurasia Siap Melesat, Pemerintah Teken Perjanjian Dagang Strategis

- Perjanjian diteken di Rusia.
- Preferensi tarif 90,5 persen dari total pos tarif diberikan oleh EAEU kepada Indonesia.
- Manfaat ekonomi hanya akan optimal jika pelaku usaha terlibat aktif.
Jakarta, FORTUNE - Indonesia memasuki era baru perdagangan bebas setelah menandatangani Indonesia–Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (Indonesia–EAEU FTA). Perjanjian ini membuka akses pasar nontradisional bagi produk nasional ke wilayah dengan populasi 180 juta jiwa dan total PDB mencapai US$2,56 triliun.
Penandatanganan dilakukan oleh Menteri Perdagangan, Budi Santoso, Minggu (21/12) di St. Petersburg, Rusia. Momen bersejarah di sela KTT Uni Ekonomi Eurasia ini turut disaksikan oleh para kepala pemerintahan negara anggota EAEU, termasuk Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Budi mengatakan FTA ini bukan sekadar simbol hubungan politik, melainkan tonggak kemitraan strategis.
“Indonesia–EAEU FTA tidak hanya tentang penurunan tarif, tetapi membangun jembatan ekonomi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan. Ini adalah langkah diversifikasi pasar ekspor dan pembukaan akses investasi baru, khususnya pada sektor manufaktur dan pertanian,” ujar Budi dalam keterangan resminya, dikutip Senin (22/12).
Melalui perundingan yang diselesaikan dalam waktu dua tahun, Indonesia dan EAEU menyepakati komitmen preferensi tarif yang sangat signifikan. EAEU memberikan preferensi tarif kepada Indonesia sebesar 90,5 persen dari total pos tarif, yang mencakup 95,1 persen dari total nilai impor EAEU dari Indonesia.
Dengan skema ini, berbagai komoditas unggulan Indonesia berpotensi memperluas pangsa pasar di Eurasia, meliputi:
“Preferensi tarif ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk merebut pangsa pasar dari para pesaing global,” ujar Budi.
Bagi Indonesia, FTA ini merupakan gerbang menuju pasar Asia Tengah yang luas. Sebaliknya, bagi negara-negara EAEU, Indonesia menawarkan pasar raksasa berisi 281,6 juta jiwa, ekonomi senilai US$1,4 triliun, serta kelas menengah yang tumbuh pesat.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Djatmiko Bris Witjaksono, mengingatkan bahwa manfaat ekonomi hanya akan optimal jika pelaku usaha terlibat aktif.
“Walaupun perundingan selesai, pekerjaan sebenarnya baru dimulai. Kolaborasi seluruh pihak dibutuhkan untuk memaksimalkan peluang dan menghadapi tantangan implementasi,” katanya.
Kepala Komisi Uni Ekonomi Eurasia, Bakytzhan Sagintayev, turut menyatakan optimismenya. Ia menargetkan volume perdagangan antarwilayah dapat meningkat hingga dua kali lipat setelah FTA ini diterapkan secara penuh.
Hadir pula dalam seremoni tersebut Duta Besar RI untuk Rusia, Jose Tavares, serta Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Hubungan Internasional, Johni Martha, yang bertindak selaku chief negotiator.


















