NEWS

Inflasi Maret Capai 0,66%, BPS: Tertinggi sejak Mei 2019

Cabai merah, telur ayam sampai minyak goreng dorong inflasi.

Inflasi Maret Capai 0,66%, BPS: Tertinggi sejak Mei 2019Kepala BPS, Margo Yuwono. (dok. Badan Pusat Statistik)

by Hendra Friana

01 April 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Maret 2022 sebesar 0,66 persen secara bulanan (month to month/mtm). Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan inflasi bulan lalu itu merupakan yang tertinggi sejak Mei 2019 atau sebelum pandemi.

"Kalau kita tarik mundur ke belakang, ini merupakan yang tertinggi sejak Mei 2019 di mana saat itu inflasi 0,68 persen," ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (1/4).

Sementara itu, tingkat inflasi tahun kalender pada Maret 2022 tercatat sebesar 1,20 persen. Adapun secara tahunan (year on year/yoy) atau dibandingkan periode sama 2021, inflasi Maret mencapai 2,04 persen. 

"Kalau ditarik ke belakang ini merupakan tertinggi sejak April 2020 di mana terjadi inflasi tahunan 2,67 persen," jelasnya 

Dilihat dari kelompok pengeluaran, penyumbang utama kenaikan harga berasal dari makanan, minuman dan tembakau yang mengalami inflasi 1,47 persen dengan andil 0,38 persen. 

Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan inflasi dalam kelompok ini antara lain cabai merah dengan andil 0,10 persen, minyak goreng dengan andil 0,04 persen serta telur ayam ras dengan andil 0,04 persen.

Untuk cabai merah, kenaikan harga terjadi karena terpengaruh suplai terbatas karena pergeseran musim. Kemudian harga minyak goreng naik karena pemerintah mencabut Permendag 06/2022 terkait penetapan HET dan menyerahkan harga ke mekanisme pasar. Sementara kenaikan komoditas telur ayam ras disebabkan kenaikan biaya pakan.

Kemudian kelompok pengeluaran yang juga cukup besar berkontribusi terhadap inflasi Maret adalah air, listrik dan bahan bakar rumah tangga yang memiliki andil 0,08 persen. 

"Kalau dilihat penyebabnya itu terlihat dari kenaikan harga bahan bakar rumah tangga, andilnya 0,07 persen dan sewa rumah yang mengalami kenaikan harga sehingga memberikan andil terhadap inflasi 0,01 persen," jelas Margo.

Kelompok ketiga penyumbang inflasi tertinggi di Maret berasal perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,07 persen. "Komoditasnya disebabkan kenaikan emas perhiasan dibandingkan Februari. Dan ini memberikan andil 0,04 persen terhadap inflasi," terangnya.

Andil kenaikan harga pangan

Sementara itu, jika dilihat menurut komponennya, penyebab utama inflasi Maret berasal dari komponen harga bergejolak yang memberikan andil 0,33 persen. "Kalau dilihat komoditas utamanya itu cabai merah, minyak goreng dan telur ayam ras," jelas Margo.

Lalu, komponen inti memberikan andil 0,20 persen dengan komoditas pendorong inflasi antara lain emas perhiasan, sabun deterjen bubuk maupun cair, kue kering berminyak, gula pasir, serta sewa rumah. 

Sedangkan komponen harga diatur pemerintah yang memberikan andil ke inflasi 0,13 persen disebabkan antara lain kenaikan bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, kretek filter serta bensin. 

Secara umum berdasarkan pemantauan BPS dari 90 kota yang disurvei, 88 kota mengalami inflasi dan 2 mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Merauke dengan komoditas penyumbangnya antara lain cabai rawit yang memberikan andil inflasi 1,54 persen, diikuti angkutan udara yang andilnya 0,13 persen dan tahu sebesar 0,12 persen.

Sedangkan dua kota yang mengalami deflasi yaitu Tual dan Kendari. "Tertinggi di Tual. Dan kalau kita lihat komoditas penyumbang deflasi di Tual berasal dari ikan Barlenang andil terhadap deflasi 0,17 persen kemudian angkutan udara 0,15 persen dan terakhir ikan layang 0,15 persen," tandasnya.