NEWS

Sri Mulyani Ungkap Dampak Berat Perang Rusia-Ukraina ke Perempuan

Keadilan gender bisa tambah US$12 triliun ke PDB global.

Sri Mulyani Ungkap Dampak Berat Perang Rusia-Ukraina ke PerempuanMenkeu, Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, pada Jumat (13/9). (dok.Kemenkeu)
17 March 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan tingginya inflasi yang bersumber dari komoditas berupa harga energi atau harga pangan akan mengancam pemulihan, terutama dari sisi daya beli rumah tangga. Hal itu diperparah dengan berkecamuknya perang antara Rusia dan Ukraina yang turut mengganggu rantai suplai global.

Sialnya, perempuan selalu menjadi pihak yang paling terdampak atas berbagai risiko tersebut. Sebab, menurut Sri Mulyani, sebagian besar pekerja di sektor rumah dan sektor sosial didominasi oleh perempuan.

"Jadi pandemi memiliki implikasi asimetrik terhadap perempuan daripada laki-laki. Dan jika perempuan menderita juga berimplikasi pada anak mereka. Dan karena itu lah sebenarnya mengatasi kesulitan dan juga memulihkan ekonomi akan berimplikasi lebih baik juga bagi perempuan," ujarnya dalam webinar bertajuk Financial Inclusion and Women MSMEs, Rabu (16/3) malam.

Dalam konteks tersebut, lanjut Bendahara Negara, pemerintah juga melihat bahwa pemulihan yang dibutuhkan ke depan adalah pemulihan pemulihan ekonomi yang lebih setara terutama dari perspektif gender. 

Hal ini penting sebab, merujuk studi  McKinsey Global Institute, kesetaraan gender dapat meningkatkan PDB Global hingga 11 persen atau senilai US$12 triliun—sangat signifikan dan dibutuhkan dalam pemulihan ekonomi. "Bukan demi pertumbuhan ekonomi itu sendiri tetapi karena kami memahami bahwa hal itu akan memberikan dan juga menciptakan manfaat yang lebih baik terutama bagi perempuan dan anak," tuturnya.

Tak hanya itu, jika seluruh dunia dapat sepenuhnya menyadari potensi perempuan, implikasinya bagi ekonomi global bahkan lebih signifikan, yakni mencapai US$26-28 triliun atau 26 persen dari PDB dunia. 

"Ini akan cukup kuat untuk menggabungkan apa yang sedang dikontrak oleh pandemi dalam 3 tahun terakhir," imbuh mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.

S perempuan

Namun di sisi lain agar bisa menciptakan pemulihan yang sehat dan berkeadilan, Sri Mulyani menekankan bahwa pemerataan keuangan sangat penting. Itu sebabnya inklusi keuangan bagi kaum perempuan sangat penting dan jika akses perempuan terhadap layanan keuangan formal dapat terfasilitasi, maka akan ada dampak yang lebih baik bagi perempuan. 

"Entah itu dalam bentuk bagaimana perempuan bisa mengelola uang dengan lebih baik atau bahkan tidak hanya menabung tapi bahkan mulai berinvestasi terutama kegiatan yang penting bagi anak seperti kesehatan dan pendidikan," ungkapnya.

Selain itu dengan memiliki akses finansial, perempuan juga dapat menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan karena sebagian besar UMKM biasanya dimiliki dan dijalankan oleh perempuan. 

Sayangnya, hingga saat ini lebih banyak perempuan yang dikeluarkan dari layanan keuangan dibandingkan laki-laki. Kondisi tersebut antara disebabkan karena di beberapa negara masih ada perempuan yang tidak memiliki kartu identitas. 

"Tanpa kartu identitas mereka tidak dapat mengakses lembaga keuangan formal. karena mereka (lembaga keuangan) harus menerapkan prinsip know your customer. Dan itulah mengapa kartu identitas sangat penting," katanya.

Atau, dalam hal ini sebagian wanita di dunia juga tidak dapat memiliki aset yang sesuai dengan kebutuhannya. "Sehingga dalam hal ini mereka tidak memiliki aset untuk menjadi akses agunan terhadap lembaga keuangan khususnya kredit," tandasnya.

Related Topics