Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Shutterstock/Luis A. Orozco

Jakarta, FORTUNE - Masih tingginya angka inflasi di Amerika Serikat (AS) memicu kekhawatiran investor terhadap kenaikan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang kian progresif.

Pasalnya, data terbaru yang dirilis Rabu (11/5) menunjukkan tekanan yang membuat inflasi tetap tinggi selama berbulan-bulan masih kuat meski tahunan melambat untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan di bulan April.

Indeks Harga Konsumen masih meningkat 8,3 persen. Sementara inflasi inti—yang tidak termasuk biaya bahan makanan dan gas—naik 0,6 persen di bulan lalu, lebih tinggi dari bulan sebelumnya, dengan kenaikan 0,3 persen. 

Mengutip Fortune.com para ekonom sebenarnya telah berminggu-minggu meramalkan bahwa harga konsumen mungkin mencapai puncaknya pada April dan akan memberikan implikasi besar bagi ekonomi dan pasar AS.

Jika prediksi inflasi puncak berlaku, kemungkinan Federal Reserve—yang sudah memulai kebijakan hawkish yang agresif untuk menaikkan suku bunga—tidak perlu mengeluarkan bazooka untuk menjaga harga agar tidak naik lebih jauh.

Sebaliknya, jika prediksi meleset, maka kenaikan suku bunga bank sentral diperkirakan akan makin agresif ke depan. “Ini akan menjadi salah satu yang sangat penting bagi pasar dan The Fed, karena meskipun pembuat kebijakan telah memberi sinyal kuat bahwa mereka cenderung untuk melanjutkan kenaikan sebesar 50bps pada beberapa pertemuan berikutnya, masih ada 25/50/75bps untuk dimainkan setelah itu,” tulis tim strategi makro Deutsche Bank dalam catatan investor Rabu pagi.

Indeks saham jatuh

Editorial Team