Menperin Indonesia Tawarkan Kerja Sama Farmasi-Bioprospektif ke Cina

Jakarta, FORTUNE - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, menawarkan potensi kerja sama dalam bidang industri farmasi hingga industri hijau bioprospektif kepada pemerintah Cina dalam pertemuan dengan Menteri Industri dan Teknologi Informasi (Minister of Industry and Information Technology/MIIT) Cina, Jin Zhuanglong, dalam rangkaian kunjungan kerjan ke Shenzhen.
"Sistem kesehatan Indonesia saat ini merupakan salah satu yang terbesar di dunia, menjangkau 240 juta penduduk dengan turnover value mencapai US$40 miliar. Karenanya, pendalaman struktur industri farmasi sangat penting untuk dilakukan," kata Agus dalam keterangan pers, Kamis (6/7).
Menurut Agus, Indonesia mengharapkan pengembangan investasi dari Cina atas bahan baku obat selain parasetamol. Pasalnya, baku obat saat ini belum dieksplorasi sehingga masih bergantung pada impor.
Pengembangan industri hijau
Kerja sama lainnya yang ditawarkan Indonesia berkenaan dengan pengembangan industri hijau yang memprioritaskan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.
Menurut Agus, industri hijau juga penting seiring dengan peningkatan kebutuhan pasar akan produk hijau serta peraturan tentang praktik berkelanjutan di pasar global seperti Ecolabel, Carbon Tax, Carbon Border Adjustment Mechanism, environmental management system, atau sertifikat lain yang menjamin legalitas sumber daya.
Cina diharapkan dapat bekerja sama untuk mengembangkan produk-produk hijau melalui industri bioprospektif yang memproses sumber daya biologis, termasuk tumbuhan, mikroorganisme, dan hewan.
"Salah satu potensi sumber daya untuk industri ini yang dimiliki Indonesia adalah rumput laut dan mikroalgae yang dapat diproses menjadi bahan baku bioproduct," ujarnya.
Tawaran Cina terhadap Indonesia
Pihak Cina menawatkan empat empat inisiatif kerja sama, meliputi kelanjutan ASEAN China Forum on Emerging Industries dan Ministerial Dialogue on Industry, penguatan kerja sama pada emerging industries, lalu yang berkenaan dengan Industri 4.0 dan New Energy Vehicle (NEV), dan kolaborasi dalam hal photovoltaic (PV).
Sejalan dengan upaya transformasi teknologi industri, Agus menyatakan sambutannya atas inisiatif kerja sama yang ditawarkan. “Kami melihat industri asal RRT memiliki kekuatan besar di sektor ini, misalnya Huawei yang sebelumnya telah kami kunjungi pabriknya,” ujarnya.
Dia pun menyambut peluang-peluang untuk mengoptimalkan kerja sama yang telah terjalin sebelumnya, di antaranya dalam bidang kendaraan listrik (EV) dan kendaraan energi baru (NEV).
Target Indonesia adalah menjadi hub produsen kendaraan listrik di kawasan yang berdaya saing global.
Cina merupakan produsen terbesar EV yang pangsa pasarnya mencapai sepertiga dari produksi global. “Kerja sama ini akan dapat mewujudkan cita-cita ASEAN menjadi lebih hijau dan berkelanjutan,” katanya.