Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Luhut Pandjaitan Ungkap Biang Kerok Perekonomian Awal 2025 Lesu

antarafoto-rapat-deregulasi-industri-padat-karya-1742434730.jpg
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan bersiap mengikuti rapat yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (19/3). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Intinya sih...
  • Luhut Binsar Pandjaitan mengakui perlambatan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 disebabkan rendahnya realisasi belanja pemerintah.
  • Perlambatan konsumsi pemerintah menjadi penyebab utama.
  • Kementerian Keuangan telah membuka blokir anggaran sebesar Rp86,6 triliun.

Jakarta, FORTUNE - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkap pemicu di balik perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 yang hanya mencapai 4,87 persen. Menurutnya, rendahnya realisasi belanja pemerintah menjadi penyebab utama kondisi tersebut.  

Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun-tahun sebelumnya, angka pada kuartal I-2025 memang tidak menggembirakan. Dia mengatakan pola perlambatan serupa bukan hal baru, terutama terjadi pada masa transisi pemerintahan.

“Pertumbuhan ekonomi Q1-2025 tercatat sebesar 4,87 persen. Memang lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tapi pola seperti ini pernah terjadi saat transisi pemerintahan pada 2014. Kuartal pertama dan kedua kala itu juga tumbuh di bawah 5 persen,” kata Luhut seperti dikutip dalam Instagram @luhut.pandjaitan, Selasa (6/5).

Untuk diketahui, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan 4,87 persen ini merupakan yang terendah sejak kuartal I-2021 (3,53 persen).  

Ia menjelaskan salah satu penyebab utama perlambatan kali ini adalah kontraksi pada komponen konsumsi pemerintah. Oleh karena itu, percepatan realisasi belanja negara dinilai menjadi kunci utama mendorong kembali laju pertumbuhan ekonomi nasional.  

Program strategis seperti Makan Bergizi (MBG), kata Luhut, memiliki potensi besar sebagai motor akselerasi belanja negara.

“Dampaknya bisa langsung terasa, terutama di simpul-simpul ekonomi desa seperti petani sayur, peternak ayam, penjual telur, hingga pelaku UMKM lokal,” ujarnya, menekankan efek berganda program ini hingga ke tingkat akar rumput.  

Sebagai langkah konkret memacu realisasi belanja, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dilaporkan telah membuka blokir anggaran. Hingga 25 April 2025, Kemenkeu mencatat telah membuka blokir anggaran Rp86,6 triliun bagi 99 kementerian dan lembaga (K/L), dari total anggaran yang diblokir senilai Rp256,1 triliun dalam rangka efisiensi sebelumnya.

Pembukaan blokir ini memungkinkan sebagian besar K/L untuk kembali melakukan belanja pada program-program prioritas yang telah direncanakan, dan diharapkan dapat mendorong percepatan penyerapan anggaran pemerintah.  

Meski demikian, Luhut tidak menutup mata terhadap faktor-faktor lain yang turut menjadi tantangan bagi perekonomian nasional. Ia menyebutkan perlambatan pada konsumsi rumah tangga, belum pulihnya investasi secara optimal, tekanan pada kinerja ekspor akibat kondisi global, serta pertumbuhan wilayah yang belum merata sebagai sejumlah isu krusial yang harus diwaspadai bersama.

“Ini semua mengingatkan kita bahwa pemerataan dan percepatan pembangunan harus dijalankan secara simultan,” ujarnya.

Di tengah tantangan ini, Luhut menekankan pentingnya semangat kolaborasi dan kebersamaan lintas sektor. Ia menegaskan saat ini bukan waktu yang tepat untuk saling menyalahkan, melainkan momen krusial mengambil langkah-langkah konkret yang terarah.

Arahan dari Presiden Prabowo Subianto, menurut Luhut, sangat jelas.

“Sederhanakan regulasi, perkuat kemitraan dagang, dan jaga keseimbangan hubungan ekonomi global, sembari tetap melindungi rakyat kecil. Ekonomi ini harus bergerak dari desa ke pusat, dari bawah ke atas,” ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us