NEWS

Partai Setujui Resolusi Sejarah, Sinyal Kuasa Xi Jinping Makin Kuat

XI Jinping disebut-sebut sebagai pemimpin terkuat saat ini.

Partai Setujui Resolusi Sejarah, Sinyal Kuasa Xi Jinping Makin KuatPresiden Tiongkok XI Jinping. Shutterstock/Kaliva
12 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kekuasaan Presiden Tiongkok, XI Jinping, disebut-sebut bakal makin kuat dan berlanjut pada periode berikutnya. Pasalnya, Partai Komunis Tiongkok menyetujui resolusi tentang “prestasi dan pengalaman sejarah 100 tahun terakhir”.

Dalam pleno komite sentral partai, Kamis (11/11), lebih dari 300 pemimpin komite mengesahkan resolusi tersebut. Komite Sentral memutuskan bahwa pelajaran yang dapat diambil dari sejarah partai adalah untuk tetap teguh pada 10 bidang—dengan kepemimpinan partai sebagai prioritas utama.

“Komite Pusat Partai meminta seluruh partai, seluruh tentara dan orang-orang dari semua kelompok etnis untuk bersatu lebih erat di sekitar Komite Pusat Partai dengan Kamerad Xi Jinping sebagai intinya, untuk sepenuhnya menerapkan era baru sosialisme Xi Jinping dengan karakteristik Tiongkok, ” demikian dokumen pleno itu dibaca, seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (12/11).

Pengesahan resolusi itu menempatkan Xi Jinping pada level yang setara dengan dua pemimpin sebelumnya, yaitu Mao Zedong dan Deng Xiaoping. Baik Mao maupun Deng mengukuhkan posisi mereka sebagai pemimpin terkemuka dengan resolusi lain yang disahkan—masing-masing pada 1945 dan 1981.

Xi Jinping secara luas dianggap sebagai pemimpin paling kuat Tiongkok sejak era Mao. Partai memuliakan perannya dengan menyebutnya sebagai “inovator utama” di balik "Pemikiran Xi Jinping tentang Sosialisme dengan Karakteristik Tiongkok untuk Era Baru".

Berlanjut ke periode berikutnya

Para ahli mengatakan “ideologi” baru Xi Jinping itu hampir pasti akan membuat posisinya aman dalam periode ketiga. Pada 2018, partai menghapus batas masa jabatan XI—mengindikasikan niatnya untuk tetap berkuasa.

Mengomentari langkah tersebut, Jude Blanchette, seorang ahli politik Cina di lembaga think tank Center for Strategic and International Studies yang berbasis di Washington, mengatakan pesan dari partai di sekitar Xi dapat dianggap sebagai "fitur seperti pemujaan".

“Mengingat penekanan partai pada disiplin dan loyalitas, konsekuensi dari tidak mendukung resolusi untuk setiap anggota partai akan menjadi bencana,” Yang Chaohui, dosen ilmu politik di Universitas Peking, mengatakan kepada Reuters

XI juga disebut-sebut tidak memiliki pesaing. Malahan, dengan upayanya tetap berkuasa, ia berpotensi “mengasingkan” tokoh-tokoh partai yang lebih muda. Dengan begitu, peluang bagi mereka untuk promosi pun berkurang.

Namun, mengutip Al Jazeera, para ilmuwan politik juga khawatir kekuasaan satu orang dalam jangka waktu lama akan mengarah pada keputusan resmi serta kinerja ekonomi yang lebih buruk. 

Mengakhiri perang dingin

Acara Partai ini datang bersamaan dengan kesibukan aktivitas diplomatik internasional pemerintah Tiongkok. Beijing dan pemerintah Amerika Serikat dikabarkan mengumumkan pakta iklim pada konferensi tingkat tinggi COP26—hal yang mengejutkan di tengah perdebatan mereka akhir-akhir ini.

Namun, Xi juga memperingatkan agar tidak kembali ke perpecahan "era Perang Dingin" di kawasan Asia-Pasifik. Hal ini dia sampaikan selama pidato di KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik—merespons ketegangan di Taiwan.

“Upaya untuk menarik garis ideologis atau membentuk lingkaran kecil dengan alasan geopolitik pasti akan gagal,” kata XI dalam konferensi bisnis virtual. Pernyataanya disebut komentar terselubung yang ditujukan ke pemerintah AS.

Pemerintahan Tiongkok dikabarkan mengecam kunjungan anggota parlemen AS ke Taiwan. Mereka mengklaim bahwa Taiwan masih merupakan wilayah kekuasannya.

Related Topics