Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Neraca Dagang RI Surplus Sejak Mei 2020, Didorong Nonmigas

Ilustrasi ekspor dan impor (unsplash.com/Chuttersnap)
Intinya sih...
  • Neraca perdagangan Indonesia surplus USD 3,12 miliar pada Februari 2025.
  • Surplus periode ini didorong oleh surplus nonmigas sebesar 4,84 miliar dolar AS dan defisit migas senilai 1,72 miliar dolar AS.
  • Nilai ekspor nonmigas Februari 2025 naik 2,58% dibanding bulan Januari. Nilai impor Indonesia naik 5,18% pada Februari 2025.

Jakarta, FORTUNE – Menteri Perdagangan, Budi Santoso mengeklaim neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar 3,12 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada Februari 2025. Surplus periode ini didorong surplus nonmigas sebesar 4,84 miliar dolar AS dan defisit migas senilai 1,72 miliar dolar AS.

Capaian surplus kali ini meneruskan tren surplus untuk 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Meski begitu, surplus Februari 2025 lebih rendah dibandingkan surplus Januari 2025 yang sebesar 3,49 miliar dolar AS.

“Surplus perdagangan Indonesia pada Februari 2025 melanjutkan tren surplus untuk 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” kata Budi dalam keterangannya, dilansir dari siaran pers Kemendag RI, Rabu (19/3).

Secara kumulatif, surplus Januari hingga Februari 2025 mencatatkan 6,61 miliar dolar AS. Surplus kumulatif tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan surplus pada periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar 2,83 miliar dolar AS.

Dari sisi perdagangan nonmigas, ujar Budi, surplus nonmigas Indonesia disumbang oleh perdagangan dengan beberapa mitra dagang. Perdagangan dengan AS mencatatkan surplus bagi Indonesia sebesar 1,57 miliar dolar AS, lalu dengan India 1,27 miliar dolar AS, Filipina 0,75 miliar dolar AS, Vietnam 0,50 miliar dolar AS, dan Malaysia 0,49 miliar dolar AS.

Ekspor nonmigas pada Februari naik dibanding Januari 2025

Ilustrasi Ekspor dan Impor - Pexels/Aan Amrin

Pada Februari 2025, total nilai ekspor Indonesia mencapai 21,98 miliar dolar AS. Nilai ini naik 2,58% dibandingkan bulan sebelumnya, Januari 2025 dan naik 14,05% dibanding Februari 2024 (year on year/YoY). 

“Peningkatan ekspor tersebut disebabkan adanya kenaikan ekspor nonmigas sebesar 2,29% dan migas sebesar 8,25%,” kata Budi.

Pada Februari 2025, Cina, AS, dan India masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia dengan nilai ekspor sebesar 8,29 miliar dolar AS dan pangsa ketiga negara tersebut senilai 39,79% terhadap ekspor nonmigas nasional. 

Sementara itu, beberapa negara tujuan ekspor nonmigas utama Indonesia dengan peningkatan paling besar secara bulanan di Februari 2025,  yaitu Pakistan dengan 69,09%, Spanyol 67,98%, Kanada 48,78%, Australia 46,73%, dan India 35,05% (MoM).

“Kawasan  tujuan  ekspor  nonmigas  yang meningkat  signifikan  di  antaranya  Afrika  Tengah  dengan  kenaikan  84,50%,  diikuti  Australia 46,73%,  Asia  Selatan  35,93%,  Eropa  Selatan  24,59%,  dan Oseania  lainnya 19,91%,” ujar Budi.

Nilai impor naik 5,18% pada Februari 2025

Selain nilai ekspor, nilai impor Indonesia pun naik 5,18% pada Februari 2025 dibanding Januari tahun ini (MoM). Impor Indonesia tercatat sebesar 18,86 miliar dolar AS pada Februari 2025.

Jika dibandingkan dengan Januari 2025, kenaikan impor Februari 2025 terjadi pada sektor nonmigas senilai 3,52% maupun pada migas sebesar  15,5% (MoM). Secara tahunan impor nonmigas naik 3,47%, sedangkan impor migas turun 3,77% (YoY).

Budi pun menerangkan bahwa kinerja impor Februari 2025 masih didominasi oleh bahan baku atau penolong dengan pangsa 73,90%, diikuti barang modal 18,31% dan barang konsumsi 7,79%. Pada Februari tahun ini juga, impor bahan baku atau penolong dan barang modal masing-masing naik, yakni 7,44% dan 4,13% (MoM).  

“Kenaikan impor tersebut sejalan dengan perkembangan industri manufaktur yang sedang ekspansif yang terlihat dari naiknya Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia di Februari 2025 menjadi 53,6,” kata Budi.

Impor barang konsumsi turun 10,61%

Sejumlah pekerja melakukan bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (12/10). ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah

Di sisi lain, impor barang konsumsi justru tercatat turun 10,61% (MoM). Penurunan daya beli yang diindikasikan oleh melemahnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 127,2 pada Januari 2025 menjadi 126,4 pada Februari 2025, merupakan salah satu faktor turunnya impor barang konsumsi.

Contoh impor barang konsumsi yang turun adalah daging lembu beku, beras, jeruk mandarin, apel, dan cabai kering. Sementara itu, bahan baku atau penolong yang impornya meningkat signifikan, antara lain logam mulia, minyak mentah, batu bara, bijih besi, dan gandum. 

Selain bahan baku atau penolong, impor barang modal pun naik. Mulai dari smartphone, instrumen navigasi, personal computer (PC), dan kendaraan pengangkut barang.

Di samping itu, beberapa produk impor nonmigas dengan kenaikan tertinggi pada Februari 2025, antara lain: Logam mulia dan perhiasan atau permata (HS 71) sebesar 110,26%; bijih logam, terak, dan abu (HS 26) 88,86%; bahan bakar mineral (HS 27) 78,65%; gula dan kembang gula (HS 17) 49,24%; serta perangkat optik, fotografi, dan sinematografi (HS 90) 46,18% (MoM).

Berdasarkan negara asal, impor nonmigas Indonesia didominasi oleh Cina, Jepang, dan Thailand dengan total pangsa 51,12% dari total impor nonmigas Februari 2025. Beberapa negara asal impor nonmigas dengan kenaikan paling tinggi, yaitu Argentina 150,68%, Swiss 140,77%, Arab Saudi 79,48%, Australia 73,59%, dan Turki 63,78% (MoM).

Secara kumulatif untuk periode Januari-Februari 2025, total impor mencapai 36,80 miliar dolar AS atau turun 0,36%. Penurunan impor ini dipicu  penurunan impor migas senilai  5,77%, sedangkan impor nonmigas naik sebesar 0,62 persen.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yogama Wisnu Oktyandito
EditorYogama Wisnu Oktyandito
Follow Us