NEWS

Upaya Patriot Energi Buka Akses Listrik di Desa 3T Indonesia

Jutaan masyarakat desa terpencil sulit mengakses listrik.

Upaya Patriot Energi Buka Akses Listrik di Desa 3T IndonesiaANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc
02 September 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bagi jutaan masyarakat di desa terpencil, listrik yang stabil masih menjadi ‘barang mewah’. Para siswa di sana mesti belajar dengan pencahayaan lilin ketika malam tiba, belum lagi dengan fasilitas kesehatan yang tak beroperasi maksimal karena keterbatasan daya listrik. Karena itulah, perjuangan meningkatkan kesejahteraan di area itu terbilang berat.

Namun, Program Patriot Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dapat mengubah keadaan itu. Lewat inisiatif tersebut, Kementerian ESDM merekrut muda-mudi yang bertugas meningkatkan penggunaan sumber daya energi ramah lingkungan.

Berdasarkan keterangan resmi Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, program itu bertujuan meningkatkan akses ke layanan kesehatan, pendidikan, dan pembangunan ekonomi di desa 3T (terdepan, terluar, tertinggal).

Bersama dengan program itu, PBB juga menginisiasi proyek energi ramah lingkungan ACCESS di 23 desa di Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Tengah. Tujuan program itu ialah pemasangan panel surya di sejumlah pulau terpencil Tanah Air.

1. Para Patriot Energi Ditugaskan di Desa Terpencil Selama Setahun

Sejak April hingga Mei 2021, Kementerian ESDM telah menyeleksi sekitar 100 muda-mudi sarjana/diploma jurusan teknik, lalu dilatih pada Juni hingga Juli 2021. Kemudian, mereka yang terpilih ditugaskan selama 12 bulan di masing-masing desa penempatan.

Salah satu patriot energi terpilih yang hidup di desa terpencil, Ristifah (29) membagikan kisahnya menghadapi kelangkaan pasokan listrik. “Dulu kami hanya dapat pasokan listrik tiga jam sehari,” katanya, dikutip dari laman resmi PBB, Kamis (2/9).

Ristifah dan rekan-rekannya diminta memetakan potensi energi terbarukan di desa penempatan sebagai dasar pembuatan program pembangunan berkelanjutan, seperti penyediaan fasilitas listrik desa berbasis energi ramah lingkungan.

Mereka juga bakal menjadi katalisator demi melahirkan kegiatan ekonomi lokal yang memanfaatkan energi terbarukan, serta membantu mengawasi pelaksanaan program ACCESS milik PBB.

2. Kebutuhan akan Energi Ramah Lingkungan di Indonesia

Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat dunia, Indonesia sangat membutuhkan kekuatan energi terbarukan. Sebab laju pesat pembangunan ekonomi selama 10 tahun terakhir meningkatkan permintaan energi secara signifikan.

Pemerintah telah berjanji akan menghapus seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara pada 2055. Di sisi lain, sekitar 30 juta dari total populasi tak memiliki akses listrik yang memadai.

Di situlah Ristifah dan teman-temannya akan membantu. Selama setahun, mereka akan memonitor pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) off-grid 1,2 MW. Pembangunan fasilitas itu ditargetkan rampung pada pertengahan 2022.

Fasilitas listrik itu diklaim mampu menyediakan listrik untuk sekitar 20.000 masyarakat di desa 3T. Meski masih belum bisa mencukupi total kebutuhan listrik di Indonesia, program tersebut dapat berperan sebagai cetak biru pembangunan pedesaan yang melampaui dukungan ekonomi-sosial dasar.

Related Topics