Jakarta, FORTUNE – RobinHood kembali mengumumkan langkah efisiensi dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan karyawannya. Perusahaan rintisan platform investasi dari Amerika Serikat ini mesti melakukan penyesuaian di tengah kondisi ekonomi makro yang bergejolak.
Dikutip dari Tech Crunch, Rabu (3/8), startup tersebut telah memangkas 9 persen tenaga kerja penuh waktunya pada April. Kala itu, jumlah pekerja yang terdampak sekitar 300 orang.
Saat ini total pekerja RobinHood dilaporkan mencapai 3.100 orang. Dengan pemangkasan terbaru yang menyasar 23 persen dari total tenaga kerja, maka diperkirakan ada sekitar 700 lebih karyawan yang bakal terdampak kebijakan efisiensi. Pada akhirnya, RobinHood hanya mempekerjakan 2.400 orang.
CEO dan Co-Founder RobinHood, Vlad Tenev, menyatakan kebijakan pemangkasan ini akan diarahkan pada departemen operasional, pemasaran, dan manajemen.
Dia turut menyampaikan tanggung jawabnya atas perekrutan pekerja secara besar-besaran yang terjadi tahun lalu. Perusahaan saat itu menganggap pertumbuhan investor ritel akan berlanjut pada tahun-tahun mendatang, termasuk pada 2022.
“Di lingkungan baru ini, kami beroperasi dengan lebih banyak staf daripada yang seharusnya,” ujar Vlad dalam pernyataan resmi.
Dalam keterbukaan informasi, RobinHood sebelumnya menyatakan Aparna Chennapragada, selaku chief product officer, akan meninggalkan perusahaan. Pada saat sama, perseroan juga akan menutup dua unit kantor.
Robinhood akan dikenai biaya US$30 juta hingga US$40 juta untuk pesangon dan tunjangan karyawan yang keluar tersebut, serta US$15 juta hingga US$20 juta terkait penutupan kantor.