Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kemendiktisaintek Soroti Perlindungan Data Implementasi AI di ASEAN

ilustrasi artificial intelligence (unsplash/steve johnson)
Intinya sih...
  • Kementerian Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Republik Indonesia menekankan pentingnya literasi dan kebijakan perlindungan data di ASEAN untuk menyikapi makin meluasnya implementasi Artificial Intelligence (AI).
  • Pertumbuhan ekonomi digital ASEAN diproyeksikan tembus US$2 triliun pada tahun 2030 dengan adanya kebijakan dalam Perjanjian Kerangka Kerja Ekonomi Digital ASEAN (ASEAN Digital Economy Framework Agreement) atau DEFA.
  • Indonesia memiliki potensi besar pengembangan AI, tetapi masih terdapat ketimpangan dalam perkembangan AI di kawasan ASEAN yang memunculkan berbagai tantangan yang menghambat tujuan ASEAN untuk menjadi pusat AI terdepan.

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi  Republik Indonesia (Kemendiktisaintek), menekankan pentingnya literasi dan kebijakan perlindungan data di wilayah ASEAN untuk menyikapi makin meluasnya implementasi Artificial Intelligence (AI).

Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, Stella Christie pada Konvensi Kebijakan Regional pertama dari AI Ready ASEAN di Markas Besar ASEAN/Sekretariat ASEAN, di Jakarta.

Dalam konvensi ini, pembuat kebijakan, praktisi AI, dan Mitra Pelaksana Lokal (MPL) dari seluruh negara di kawasan ASEAN mendiskusikan pendekatan kolaboratif dalam mengembangkan kerangka regulasi dan inisiatif kebijakan yang bertujuan untuk penerapan AI yang bertanggungjawab. Serta menjembatani kesenjangan literasi AI, serta membuka berbagai peluang di Asia Tenggara.

“Literasi AI lebih dari sekadar menggunakan teknologi, tetapi juga memahami kemampuan, keterbatasan, dan kapan sebaiknya AI digunakan. Agar ASEAN siap dan bertanggung jawab dalam menghadapi AI," ungkap Stella melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Selasa (4/3).

Pertumbuhan ekonomi digital ASEAN diproyeksikan tembus US$2 triliun

ilustrasi menghapus jejak digital (unsplash/christina @ wocintechchat.com)

Konvensi kebijakan ini diadakan pada waktu yang tepat, mengingat perkembangan AI dan penerapan teknologi digital diperkirakan akan melipatgandakan pertumbuhan ekonomi digital ASEAN dari perkiraan US$300 miliar menjadi hampir US$1 triliun pada tahun 2030.

Untuk itu, kebijakan dalam Perjanjian Kerangka Kerja Ekonomi Digital ASEAN (ASEAN Digital Economy Framework Agreement) atau DEFA diharapkan dapat menggandakan proyeksi angka tersebut, mendorong pertumbuhan ekonomi hingga US$2 triliun.

“Dengan kemajuan AI yang begitu pesat, penting bagi generasi muda, pendidik, dan orang tua untuk memahami dampaknya dalam kehidupan sehari-hari, perannya di masa depan, serta peluang yang ditawarkannya," kata Lead Google.org, Marija Ralic.

Konvensi ini juga menandai dimulainya secara resmi inisiatif AI Ready ASEAN, program yang diluncurkan pada bulan Oktober 2024 lalu dengan tujuan meningkatkan literasi AI di negara-negara anggota ASEAN. Didukung oleh hibah senilai US$5 juta oleh Google.org. Program berdurasi 2,5 tahun ini bertujuan untuk membekali 5,5 juta individu dengan keterampilan dasar AI.

Indonesia miliki potensi besar pengembangan AI

Ilustrasi artificial intelligence (unsplash/lukas)

Sebab, kendati momentum yang tepat, masih terdapat ketimpangan dalam perkembangan AI di kawasan ASEAN. Ketimpangan ini memunculkan berbagai tantangan yang menghambat tujuan ASEAN untuk menjadi pusat AI terdepan, seperti buruknya koneksi internet atau minimnya program literasi digital di berbagai wilayah di kawasan ASEAN.

Ketimpangan ini pun tercermin dalam perbedaan tingkat kesiapan AI di setiap negara anggota ASEAN.

"AI Ready ASEAN hadir sebagai inisiatif strategis untuk meningkatkan pemahaman masyarakat ASEAN tentang penggunaan AI yang bertanggung jawab, sehingga mereka dapat memanfaatkan teknologi ini secara optimal sambil tetap menjunjung tinggi etika dan integritas moral." ujar, Mitra Pelaksana Lokal (LIP) dari Ruangguru Foundation.

Sebagai gambaran, Singapura menempati peringkat pertama di seluruh kawasan ASEAN dan peringkat kedua dari 190 negara di seluruh dunia dalam Indeks Kesiapan AI Pemerintah 2024 (Government AI Readiness 2024 Index). Sementara Laos, Kamboja, dan Myanmar yang masih berada pada tahap awal implementasi AI, secara berurutan menempati peringkat ke-136, ke-145, dan ke-149.

Indonesia sendiri sebagai salah satu negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia dan pemimpin ekonomi digital di Asia Tenggara, menjadi pasar potensial bagi teknologi AI. Perkembangan AI yang pesat telah mempengaruhi berbagai industri, termasuk pendidikan, di mana hampir setengah dari siswa Indonesia menggunakan AI untuk tugas akademik mereka guna meningkatkan efisiensi dan kreativitas.

Namun, literasi AI di Indonesia masih dalam tahap awal, dengan kesadaran yang meningkat tetapi pemahaman terkait etika dan penggunaan AI dalam kehidupan sehari-hari masih terbatas. Karena itu, edukasi AI menjadi krusial, tidak hanya untuk memperkenalkan teknologi ini tetapi juga untuk memperkuat literasi digital secara keseluruhan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us