Menilik Teknologi AI Berbasis Cloud untuk Mempermudah Bisnis Kuliner

- PT Esensi Solusi Buana (ESB) menghadirkan sistem operasional berbasis cloud untuk industri F&B.
- Aplikasi berbasis AI ESB mampu mengotomatisasi fungsi operasional, mempermudah pemilik usaha dalam menjalankan bisnis mereka setiap hari.
- Keempat fondasi teknologi yang digunakan dalam bisnis kuliner adalah kemudahan, akurasi, keandalan, dan keamanan. ESB juga membentuk Komunitas #BebasCemas sebagai ruang kolaboratif bagi pelaku usaha kuliner.
Jakarta, FORTUNE - Manajemen bisnis kuliner sering kali menghadapi tantangan besar bagi pemilik usaha. Selain kualitas makanan yang harus dijaga, berbagai aspek operasional seperti kontrol stok bahan baku, pencatatan keuangan, antrean pembayaran, dan risiko kebocoran data kerap menjadi masalah yang sulit diatasi.
Tanpa sistem yang terintegrasi dan keterbatasan sumber daya manusia, pemilik usaha sering kali terpaksa turun tangan langsung dalam setiap aspek bisnis, dari dapur hingga manajemen gudang.
Hal inilah yang mendorong kebutuhan solusi teknologi yang lebih efisien dan terintegrasi. PT Esensi Solusi Buana (ESB) menghadirkan sebuah sistem operasional berbasis cloud yang terintegrasi, dirancang khusus untuk industri F&B.
“ESB lahir dari pengalaman pribadi kami yang merasakan langsung betapa rumitnya mengelola operasional restoran dengan sistem yang terpisah-pisah. Kami ingin menciptakan solusi yang tidak hanya efisien, tetapi juga memberikan ketenangan bagi para pemilik usaha,” ujar Gunawan, Co-Founder & CEO ESB, dalam keterangannya, Jumat (2/5).
Sistem yang dihadirkan oleh ESB mencakup berbagai fungsi penting dalam satu ekosistem terintegrasi. Mulai dari pengelolaan stok bahan baku, manajemen pembayaran, hingga pemantauan suplai. Semua proses ini berjalan secara real-time, memastikan akurasi dan kemudahan dalam pengoperasiannya. Hal ini diharapkan mempermudah pemilik usaha dalam menjalankan operasional bisnis mereka setiap hari.
Aplikasi berbasis AI untuk bisnis kuliner
ESB juga memperkenalkan aplikasi berbasis AI yang mampu mengotomatisasi banyak fungsi operasional. Salah satu pemilik usaha yang berbagi pengalamannya adalah Lilysan Wijaya, pemilik jaringan toko Roti Romi. Menurutnya, sistem yang digunakan sebelumnya sering menimbulkan masalah seperti antrean yang lama dan ketidakakuratan pemesanan.
"Saya ini tipe orang yang suka turun langsung dan mengurus semuanya sendiri. Tapi ketika outlet mulai bertambah, saya sadar bahwa hal ini tidak bisa terus dijalani. Setelah coba menerapkan teknologi, dalam waktu sebulan operasional jauh lebih stabil, dan dukungan teknis pun responsif,” kata Lilysan.
Tantangan lain juga dihadapi oleh Baker Old, jenama roti yang tumbuh melalui model franchise. Agung Haryadi, General Manager Baker Old, mengungkapkan bahwa konsistensi kualitas dan standar pelayanan menjadi tantangan terbesar dalam mengelola jaringan franchise.
“Tanpa sistem yang terintegrasi, kesalahan stok, laporan keuangan yang tidak akurat, hingga deviasi operasional bisa dengan mudah terjadi. Berkat dukungan teknologi kami mampu memantau seluruh operasional secara presisi,” ujar Agung.
Selain itu, ESB juga memperkenalkan OLIN, aplikasi AI pertama di industri kuliner yang dikembangkan di Indonesia. OLIN dirancang untuk membantu pemilik bisnis dalam mengambil keputusan strategis berbasis data. Gunawan menjelaskan, OLIN bukan hanya sebagai pendamping operasional, tetapi juga sebagai asisten cerdas yang membantu pemilik bisnis mengambil keputusan lebih baik.
Dalam penerapannya, teknologi AI dalam OLIN mampu memproyeksikan penjualan, mendeteksi potensi kecurangan, dan memberikan rekomendasi promosi yang sesuai dengan kebiasaan pelanggan, dan diklaim bisa meningkatkan penjualan lebih dari 50 persen.
Fondasi teknologi dalam bisnis kuliner
Ada empat fondasi yang diperlukan dalam teknologi yang digunakan dalam bisnis kuliner, yaitu kemudahan (convenience), akurasi (accuracy), keandalan (reliability), dan keamanan (security). Keempat nilai ini memastikan bahwa pengguna teknologi dengan fondasi tersebut dapat mengandalkan sistem ini dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.
Selain teknologi, komunitas juga menjadi bagian penting dari ekosistem bisnis kuliner. ESB menghadirkan Komunitas #BebasCemas, sebuah inisiatif jangka panjang yang bertujuan untuk menciptakan ruang kolaboratif bagi pelaku usaha kuliner.
“Industri kuliner Indonesia terus tumbuh positif, dengan kenaikan jumlah usaha F&B sebesar 21,13 persen dalam tujuh tahun terakhir. Teknologi berbasis data jadi kunci efisiensi dan peningkatan layanan,” ungkap Richard Y Briant, CEO Indorich.
Selain menghadirkan teknologi, ESB juga mengumumkan telah bekerja sama dengan berbagai mitra strategis seperti BCA, Grab, iWare, Orangepay, dan Moratelindo/Oxygen, untuk mendukung perkembangan bisnis kuliner Indonesia.