Jakarta, FORTUNE – Sebanyak 34 juta data paspor Warga Negara Indonesia (WNI) diduga bocor oleh aksi peretasan Bjorka. Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Pratama Persadha, mengungkapkan sejumlah dampak dan baha kebocoran data paspor, mulai dari pemalsuan identitas hingga kredibilitas keamanan siber pemerintah Indonesia.
“Data pribadi tersebut dapat dimanfaatkan oleh orang lain untuk melakukan tindak kejahatan seperti penipuan, baik penipuan secara langsung kepada orang yang datanya bocor tersebut, maupun penipuan lain dengan mengatasnamakan atau menggunakan data pribadi orang lain,” kata Pratama kepada Fortune Indonesia, Kamis (6/7).
Data pribadi yang dibocorkan Bjorka kali ini adalah data pribadi di paspor, yang di dalamnya terdapat berbagai informasi nama, jenis kelamin, tanggal lahir, nomor paspor, hingga tanggal kadaluarsa paspor. “Data tersebut adalah data valid, karena di salah satu baris data di file sample yang dibagikan tersebut juga ada data paspor lama saya yang sudah kadaluarsa pada tahun 2011,” katanya.
Lebih berbahaya, kata Pratama, bila pemalsuan identitas ini dipergunakan untuk tindakan terorisme, sehingga aparat keamanan bisa mendapatkan data yang salah dengan target operasi mereka.
Kebocoran data semacam ini akan mencoreng kredibilitas pengamanan siber pemerintah yang mengarah ke beberapa lembaga, seperti Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo). “Pihak lain akan menyimpulkan bahwa faktor keamanan siber sektor pemerintahan adalah cukup rendah,” katanya.