Petinggi Alibaba Peringatkan Potensi Gelembung dalam Investasi AI

Jakarta, FORTUNE - Ketua Alibaba Group, Joe Tsai, memperingatkan potensi terbentuknya gelembung dalam investasi kecerdasan buatan (AI) di Amerika Serikat.
Berbicara dalam HSBC Global Investment Summit di Hong Kong pada Selasa, Tsai mengaku "tercengang" dengan besarnya investasi pusat data AI di AS, termasuk proyek Stargate yang diumumkan pada Januari lalu. Proyek tersebut melibatkan OpenAI, SoftBank, dan Oracle dengan total belanja sebesar US$500 miliar.
"Saya rasa itu tidak sepenuhnya diperlukan. Menurut saya, orang-orang berinvestasi lebih dulu sebelum ada permintaan yang nyata... Apakah pemikiran ini benar atau salah? Itu bisa dinilai sendiri," ujar Tsai, melansir Fortune.com, Rabu (26/3).
Kekhawatiran terbesar Tsai adalah fenomena di mana pengembang pusat data membangun proyek baru secara spekulatif, tanpa adanya kesepakatan pasti dengan perusahaan AI besar seperti Microsoft, Google, atau bahkan Alibaba.
"Saya mulai melihat tanda-tanda awal dari sebuah gelembung," kata Tsai.
Peringatan ini bukan yang pertama kali muncul. Sejak OpenAI meluncurkan ChatGPT pada akhir 2022, isu gelembung investasi AI telah menjadi perbincangan luas. Namun, sebagian besar kritik datang dari mereka yang mempertanyakan ketergantungan industri terhadap model bahasa besar karena masalah akurasi dan profitabilitas yang belum terselesaikan.
Optimistis masa depan AI
Meskipun demikian, Tsai tetap optimistis terhadap masa depan AI. "Namun, perlu saya tekankan bahwa ini tidak mengurangi antusiasme kami terhadap AI serta penyebaran dan penerapannya di berbagai bidang kehidupan dan industri," tambahnya.
Alibaba baru-baru ini mengumumkan rencana investasi sebesar US$53 miliar untuk pusat data dan komputasi awan, jumlah yang lebih besar dari total investasinya dalam infrastruktur AI selama satu dekade terakhir.
Pendiri Bridgewater Associates, Ray Dalio, juga baru-baru ini memperingatkan kemungkinan adanya gelembung dalam saham AI di AS. Ia membandingkan kondisi saat ini dengan gelembung dotcom pada akhir 1990-an. "Saat ini sangat mirip dengan periode antara 1998 dan 1999," kata Dalio kepada Financial Times pada Januari lalu.
"Teknologi baru ini memang akan mengubah dunia dan sukses, tetapi banyak orang keliru menganggap semua investasinya juga akan sukses," ujar Dalio.
Namun, peringatan Tsai mungkin memiliki dimensi lain. Perusahaan AI asal Tiongkok, seperti DeepSeek, kini semakin mengedepankan model open-source yang lebih ringan dan efisien, bahkan cukup kecil untuk dijalankan pada perangkat keras konsumen.
Pada Senin lalu, tim AI Alibaba meluncurkan versi "lebih cerdas dan lebih ringan" dari seri model open-source Qwen2.5-VL. Model ini diklaim memiliki peningkatan signifikan dalam pemahaman gambar dan penalaran matematis, meskipun hanya memiliki 32 miliar parameter. Dengan ukuran tersebut, model ini cukup kecil untuk dijalankan pada banyak komputer desktop tanpa perlu bergantung pada pusat data.
Kemajuan seperti ini, ditambah dengan pendekatan pembuatan model berbiaya rendah oleh DeepSeek, menunjukkan bahwa proyek seperti Stargate mungkin berlebihan. Namun, beberapa pihak berpendapat bahwa tingginya adopsi AI saat ini dapat membenarkan skala investasi tersebut. Dengan demikian, peringatan Tsai mungkin juga mengandung nada sindiran.