TECH

BSSN Ungkap Sejumlah Serangan Siber yang Marak Terjadi di 2023

Ini 10 top ransomware yang sering menyerang.

BSSN Ungkap Sejumlah Serangan Siber yang Marak Terjadi di 2023Ilustrasi kejahatan siber. Shutterstock/Sergey Nivens
14 November 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Potensi dan perkembangan teknologi digital masih dibayangi ancaman kejahatan siber (cyber crime) yang makin marak dan canggih. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat di tahun 2021 setidaknya terdapat 1,6 miliar serangan siber.

Di Indonesia, industri keuangan dan perbankan menjadi industri yang paling banyak terkena serangan ransomware. Bahkan, serangan siber tersebut pernah membuat salah satu bank syariah terbesar di Indonesia tidak bisa beroperasi selama beberapa hari. Lebih lanjut, pada 2023 BSSN membongkar potensi serangan siber akan makin marak, antara lain ransomware, data breach, serangan advance persistent threat, dan phishing.

“Serangan ransomware masih menjadi fenomena menakutkan pada sektor keuangan di tahun 2023 ini. BSSN mencatat, dari 160 juta anomali malware, sebanyak 966.533 terindikasi ransomware. Dari 160 juta anomali ramsomware, hampir satu juta terindikasi ramsomware malware,” ujar Direktur Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata, Deputi IV BSSN, Edit Prima dalam The Finance Executive Forum “The Future of Digitalization and Cyber Crime Mitigation Towards 2045”, di Jakarta, Selasa (14/11).

Ini 10 top ransomware yang sering menyerang

Ilustrasi Serangan DDOS. Shutterstock/Funtap.
Ilustrasi Serangan DDOS. Shutterstock/Funtap.

Ia mengungkapkan, serangan siber yang terkait dengan ransomware berasal dari berbagai malware yang masuk dalam jajaran top 10 ransomware antara lain, Luna Moth, WannaCry, Locky, LockBit, Darkside, Ryuk, Troldesh, Grandcrab, STOP, Aaurora. Berdasarkan data SmallBiz Trends (2023) menyebut, 1 dari 4 perusahaan terdampak ransomware bangkrut dan 2 dari 4 perusahaan kehilangan reputasi

“Jadi tentunya ini menjadi PR kita bersama bahwa ransomsare menjadi ancaman yang siginifikan,” tegasnya.

Atas kondisi tersebut, kata dia, ada berbagai pembelajaran pembelajaran serangan siber kasus ransomware di Indonesia, menyangkut People, Process dan Technology. Ia merinci, dari sisi people yakni dalam upaya meningkatkan security awareness untuk seluruh organisasi terkait penggunaan teknologi informasi.

“Mewaspadai email sebagai initial access atau pintu masuk sarana penyebaran ransomware, terutama email dengan attachment executable,” jelasnya.

Kemudian, dari sisi proses yakni peningkatan tata kelola keamanan siber level organisasi dan juga memastikan pembaruan update perangkat antivirus dan update perimeter security lainnya. Termasuk kata dia, meningkatkan kebijakan pengelolaan Patch (Patch Management), menerapkan kebijakan least-privilege, melakukan pembatasan eksekusi program dari temporary folder, menerapkan data/systrem backup and recovery.

Tak ketinggalan, dari sisi technology yakni meningkatkan kemampuan Web Filtering. Terpenting dalam pembelajaran serangan siber di Tanar Air kata dia, adalah bermula dari hal sederhana yakni keteledoran kita sebagai karyawan dalam mengunakan akun email asal klik tanpa diperhatikan padahal berbahaya berbahaya. “Bukan hanya email saja, tapi juga sudah banyak di whatapps dan media-media lain,” kata Prima.

Sementara itu, PricewaterhouseCoopers (PwC) menyebutkan bahwa terdapat empat kemajuan teknologi digital yang diharapkan terjadi pada tahun 2045, diantaranya adalah adanya Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Blockchain, hingga Quantum Computing. “Apa yang akan terjadi nanti di 2045? peningkatan teknologi seperti apa di masa depan? yang pertama sudah pasti semua serba AI semuanya serba menggunakan artificial intelegent,” tambah Direktur PwC, Budi Santoso.

Kemudian, terkait dengan IoT, ke depannya teknologi akan berkembang lebih pesat dan cepat, hingga munculnya Ibukota baru yang akan berbasis kota pintar atau smartcity.

“Blockchain ini dipakai di banyak area, bedanya sistem blockchain dengan sistem yang kita pakai sekarang, semuanya serba terintegrasi dan terkoneksi, jadi pengelabuhan, penyembunyian informasi akan sangat susah dilakukan semua akan terkonfirmasi dengan distributor legalnya,” imbuhnya.

Adapun, peningkatan teknologi lainnya yang diharapkan ada di tahun 2045 adalah Quantum Computing, di mana pengolahan data akan lebih cepat, serba otomatis, dan dampaknya tentu akan menyasar pada kehidupan masyarakat sehari-hari, khususnya di dalam operasional bisnis, serta ke perizinan-perizinan bisnis yang berhubungan dengan pemerintah.

Peningkatan IT jadi tantangan BPR

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae pada Acara The Finance/Istimewa

Related Topics