Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ambisi Nol Emisi pada 2050, Pertamina Shipping Ambil Langkah Ini

Salah satu kapal tanker milik Pertamina Shipping  yang dioperasikan saat akhir tahun ini. (IDN Times/Dok Humas PIS)
Salah satu kapal tanker milik Pertamina Shipping yang dioperasikan saat akhir tahun ini. (IDN Times/Dok Humas PIS)
Intinya sih...
  • Pertamina International Shipping (PIS) berkomitmen untuk nol emisi pada 2050
  • PIS menggunakan bahan bakar ramah lingkungan seperti LNG, amonia, dan LPG
  • PIS serius menggarap pasar kargo yang ramah lingkungan dan menatap pengangkutan karbon sebagai bisnis baru

Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina International Shipping (PIS) melanjutkan terus memperkuat bisnis berkelanjutan, sejalan dengan dengan ambisi nol emisi pada 2050. Untuk itu, PIS menyiapkan sejumlah strategi terutama dalam aspek bahan bakar dan aspek kargo.

Direktur Perencanaan Bisnis PIS Eka Suhendra mengatakan PIS melakukan dua pendekatan. Pertama, beralih menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan seperti LNG (liquiefied natural gas), termasuk kemungkinan ke depan yakni amonia dan LPG.

"Mayoritas armada kami sudah berteknologi dual-fuel. Kami menantikan kolaborasi untuk menciptakan seluruh ekosistem yang siap dengan bahan bakar alternatif," kata dia siaran pers, Rabu (4/6).

Menurutnya, sekitar 50 persen dari total kapal yang dioperasikan oleh PIS menggunakan biofuel. Sedangkan, 6 kapal PIS juga telah memanfaatkan LPG dan LNG sebagai bahan bakar alternatif.

Selain itu, 40 kapal di armada PIS telah dilengkapi dengan perangkat hemat energi (energy-saving devices) yang dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar kapal antara 3-20 persen. PIS juga telah menerapkan pembatasan daya mesin secara menyeluruh dan manajemen pelayaran untuk mengurangi emisi.

Selain, modernisasi armada tadi, Eka juga menyebut PIS kian serius menggarap pasar kargo ramah lingkungan. Tidak hanya berhenti mengincar potensi LNG yang pasarnya masih luas, PIS turut menatap pengangkutan karbon sebagai bisnis baru dalam bentuk carbon capture storage (CCS)/carbon capture utilize storage (CCUS).

Menurutnya bisnis hijau baru ini memiliki potensi yang cukup luas mulai dari pengantaran, penyimpanan, injeksi, hingga infrastruktur terminal karbon.

"Indonesia adalah salah satu negara dengan kapasitas penyimpanan karbon terbesar di dunia. Pemerintah pun sedang mendorong inisiatif dan memaksimalkan potensi penyimpanan karbon. Itulah yang PIS akan lakukan di masa depan," imbuh Eka.

Tantangan bisnis karbon

Kendati demikian, rencana dekarbonisasi PIS ini masih dihadapi sejumlah tantangan. Beberapa aspek yang menjadi sorotan dalam mendorong percepatan dekarbonisasi seperti biaya investasi, regulasi perkapalan, penyediaan fasilitas dan teknologi, hingga peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

Lin Fuquan, Chairman China Classification Society (CCS) menyampaikan bahwa pihaknya siap membantu para pemilik kapal dalam memenuhi upaya dekarbonisasi melalui panduan standardisasi. Mulai dari Energy Efficiency Existing Ship Index (EEXI), Carbon Intensity Indicator (CCI), hingga Ship Energy Efficiency Management Plan (SEEMP).

“Panduan tersebut dibuat dengan tujuan memperjelas interpretasi serta memastikan pemahaman dan penerapan regulasi kepada seluruh anggota perkumpulan industri perkapalan,” imbuh Lin.

Eka menilai kolaborasi yang lebih apik dari seluruh pemangku kepentingan di industri maritim dapat menjadi jalan tengah dalam mempercepat langkah mereka menekan emisi karbon.

Share
Topics
Editorial Team
Ekarina .
EditorEkarina .
Follow Us