Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
For
You

Strategi SUN Energy Bidik Pasar Solar Panel Indonesia di Tahun 2026

WhatsApp Image 2025-12-18 at 16.02.38 (1).jpeg
CEO SUN Energy, Emmanuel Jefferson Kuesar ketika menjelaskan mengenai pasar solar panel di Indonesia pada diskusi yang bertajuk Inisiatif Dekarbonisasi Wujudkan Industri Hijau di Jakarta, Kamis (18/12). (Eko Wahyudi/Fortune Indonesia)
Intinya sih...
  • SUN Energy menyiapkan strategi untuk memperkuat dominasinya di pasar energi tenaga surya pada 2026.
  • Perusahaan memperkuat fokus ke berbagai segmen lain, mulai dari ground-mounted solar, floating solar, hingga pengembangan battery storage system (BSS).
  • Kesadaran perusahaan terhadap energi terbarukan kini jauh lebih tinggi dibanding lima hingga enam tahun lalu.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - SUN Energy menyiapkan strategi untuk memperkuat dominasinya di pasar energi tenaga surya pada 2026.

CEO SUN Energy, Emmanuel Jefferson Kuesar, menegaskan bahwa perusahaan menargetkan tetap menjadi pemain utama, kendati Kementerian ESDM membatasi kuota Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap sebesar 485 MW untuk tahun depan.

Menurutnya, kuota tersebut membuka peluang pasar yang besar, dan SUN Energy ingin menjadi penguasa pasar terbesar dalam distribusi kapasitas tersebut.

“Untuk tahun 2026, kita tetap menargetkan untuk jadi nomor 1, jadi, walaupun ada kuota yang pemerintah keluarkan di tahun 2026,” kata Emmanuel saat media breafing di Jakarta, Kamis (18/12).

Meski peluang PLTS atap semakin terbatas berkat kuota pemerintah, sehingga SUN Energy memperluas portofolio bisnisnya. Emmanuel mengatakan bahwa perusahaan memperkuat fokus ke berbagai segmen lain, mulai dari ground-mounted solar, floating solar, hingga pengembangan battery storage system (BSS). Ia menambahkan bahwa pihaknya tengah menunggu regulasi baru terkait ground-mounted solar yang sedang disusun pemerintah, karena aturan tersebut akan membuka ruang ekspansi yang jauh lebih besar untuk solar panel dalam skala besar.

Saat ini SUN Energy memiliki portofolio hampir 400 MW secara grup. Dari kapasitas tersebut, sekitar 250 MW berada di Indonesia, menjadikan pasar domestik sebagai kontributor terbesar. Sementara itu, 130 MW berada di Australia, dan masing-masing 20 MW di Vietnam dan Thailand. Emmanuel menyebut bahwa meski perusahaan terus berekspansi secara internasional, Indonesia tetap menjadi fokus utama.

Dengan estimasi total instalasi PLTS nasional yang mencapai sekitar 1 GW, SUN Energy mengklaim posisinya sebagai pemimpin pasar masih sangat kuat.

Adanya perubahan pola pikir

Selain itu, Emmanuel menjelaskan bahwa kesadaran perusahaan terhadap energi terbarukan kini jauh lebih tinggi dibanding lima hingga enam tahun lalu. Jika dulu SUN Energy masih harus menjelaskan manfaat PLTS dan cara kerjanya kepada calon klien, kini perusahaan justru berhadapan dengan klien yang lebih siap dan memahami nilai ekonominya. Banyak perusahaan langsung bertanya soal harga dan skema komersial, bahkan tidak sedikit yang meminta pemasangan dipercepat meski kuota belum terbit, agar dapat langsung beroperasi saat izin keluar.

"Mungkin kalau 5-6 tahun lalu, mungkin kita ketemu klien itu masih harus menjelaskan dulu. Tapi sekarang mereka sudah mengerti lebih jauh," ujarnya.

Menurut Emmanuel, tingginya kesadaran ini dipengaruhi beberapa faktor. Banyak perusahaan multinasional di Indonesia yang mendapat dorongan dari kantor pusatnya di Eropa atau Amerika untuk mempercepat transisi energi. Di sisi lain, banyak perusahaan lokal yang menjadi pemasok internasional juga harus mengikuti standar keberlanjutan global. Selain itu, semakin banyak pelaku usaha yang menyadari bahwa penggunaan energi surya bukan lagi sekadar gaya go green, melainkan instrumen efisiensi yang mampu menekan biaya operasional dan meningkatkan daya saing.

Lebih jauh, Emmanuel melihat potensi pasar PLTS di Indonesia masih terbuka sangat lebar. Saat ini kontribusi solar dalam energi terbarukan sekitar satu persen terhadap kebutuhan listrik nasional. Angka ini tertinggal jauh dari negara tetangga seperti Vietnam yang sudah mencapai 23 persen, serta Thailand dan Malaysia yang masing-masing sekitar 10 persen. Padahal, pemerintah Indonesia telah menyusun rencana untuk menambah 40 GW kapasitas energi terbarukan dalam beberapa tahun mendatang, di mana 17 GW di antaranya berasal dari tenaga surya.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us

Latest in Business

See More

Strategi SUN Energy Bidik Pasar Solar Panel Indonesia di Tahun 2026

18 Des 2025, 16:57 WIBBusiness