BUSINESS

Lemahnya Pencatatan Keuangan Menyebabkan UMKM Sulit Dapat Pembiayaan

Pembiayaan lebih efektif jika diikuti dengan digitalisasi.

Lemahnya Pencatatan Keuangan Menyebabkan UMKM Sulit Dapat PembiayaanSeminar daring ‘Kontribusi BukuWarung terhadap Akselerasi UMKM dan Perekonomian Indonesia’, Kamis (18/11). (FORTUNEIDN)
19 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berkontribusi positif pada peningkatan kinerja ekonomi Indonesia selama pandemi. Indikator pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan III-2021 naik 3,51 persen dan UMKM menyumbang lebih dari 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, perbankan baru menyalurkan 20 persen pembiayaan dari total kredit nasional untuk sektor tersebut.

Sebab utama kondisi itu adalah pencatatan keuangan UMKM yang belum memenuhi standar perbankan. Banyak dari para pelaku UMKM yang berjumlah 65 juta masih perlu meningkatkan literasi keuangan agar lepas dari status unbanked atau tidak terakses layanan bank. Padahal, menurut UNDP, 1 dari 3 UMKM terdampak pandemi dan mengalami kesulitan pembiayaan.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (MenkopUKM), Teten Masduki, mengatakan usaha kecil dan mikro sulit mendapatkan pembiayaan formal karena tidak memiliki jaminan aset dan laporan keuangan. 

"Pembiayaan akan lebih efektif jika diikuti dengan digitalisasi. Digitalisasi menjadi enabler percepatan pemulihan ekonomi nasional. Berdasarkan data idEA saat ini sebanyak 16,4 juta atau 25,6 persen UMKM telah terhubung ke ekosistem digital,” kata Teten, pada acara seminar ‘Kontribusi BukuWarung terhadap Akselerasi UMKM dan Perekonomian Indonesia’ secara daring, pada Kamis (18/11).

Pentingnya digitalisasi bagi UMKM

Teten mengatakan, saat ini penyedia layanan dompet digital atau e-wallet di Indonesia mencapai lebih dari 50 operator resmi. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah pengguna dompet digital pun semakin bertambah selama masa pandemi. Seperti halnya dompet digital, teknologi finansial atau fintech juga terus berkembang pesat. “Total outstanding pada September 2021 mencapai Rp27,48 triliun 55,1 persen dari januari 2021,” katanya.

Untuk itu, penguatan dalam hal-hal teknis UMKM yang berpengaruh pada pembiayaan perlu mendapat dukungan semua pihak. Salah satunya dari lini pencatatan keuangan. Aplikasi digital sangat penting untuk dikembangkan, demi mempercepat proses digitalisasi di sektor UMKM dan peningkatan perekonomian nasional.

Studi kasus: Aplikasi BukuWarung

Sebagai contoh kasus, Center of Innovation and Digital Economy Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menemukan bahwa penggunaan aplikasi BukuWarung—yang memiliki fitur utama pencatatan keuangan digital—telah berhasil meningkatkan produktivitas pelaku UMKM di beberapa indikator ekonomi sejak pertama berdiri pada 2019.

Penggunaan aplikasi semacam ini telah meningkatkan kredit UMKM Rp1,14 triliun atau 21,93 persen: dari Rp5,19 triliun sebelum menggunakan aplikasi menjadi Rp6,33 triliun. Selain itu, pendapatan usaha UMKM yang menggunakan aplikasi akuntansi BukuWarung pun naik Rp640 miliar atau 17,35 persen.

Lebih dari itu, berdasar hasil riset INDEF, BukuWarung berandil mengakselerasi output ekonomi nasional hingga Rp32,86 triliun atau setara 0,27 persen PDB Nasional, menambah nilai investasi ke Indonesia Rp2,32 triliun atau menyumbang 47,07 persen terhadap peningkatan investasi nasional.

Nailul Huda, Peneliti INDEF, menyimpulkan pelaku UMKM yang terdaftar sebagai pengguna BukuWarung beroleh manfaat dari layanan tersebut. “Seperti peningkatan produktivitas, pencatatan yang lebih terintegrasi dan lebih rapi, termasuk keuntungan atau kerugian dari bisnisnya, serta perluasan pangsa pasar. Peningkatan produktivitas berdampak pada peningkatan pendapatan pelaku usaha, penyerapan tenaga kerja, dan pengajuan kredit UMKM,” katanya.

Related Topics