BUSINESS

Lebih dari Seribu Layar Bioskop Mulai Dibuka

Uji coba pembukaan dimulai pada 1.164 layar.

Lebih dari Seribu Layar Bioskop Mulai DibukaIlustrasi bioskop buka di masa pandemi. (ShutterStock/XArtProduction)
04 October 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Sejumlah wilayah di Indonesia, terutama yang sudah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 2 dan 3, memulai uji coba pembukaan bioskop. 

“Kita meyakini jika menerapkan protokol kesehatan, tentunya bioskop ini semakin banyak yang dibuka. Untuk saat ini sudah ada 1.164 layar yang mulai dibuka dan uji coba ini akan kita lakukan secara bertahap,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, dalam rilis Kemenparekraf, Minggu (3/10).

Menurut Sandiaga, penerapan protokol kesehatan di bioskop yang sudah dimulai dari (16/9) sesuai dengan Inmendagri Nomor 43 Tahun 2021. Seluruh prosedur telah dilakukan, mulai dari scan QR code melalui aplikasi PeduliLindungi, penggunaan hand sanitizer, hingga pengecekan suhu tubuh di pintu masuk. Suhu tubuh di atas 37,3 derajat Celsius tidak diperkenankan masuk.

Setiap pengunjung wajib memakai masker dan harus patuh menjaga jarak fisik. Kapasitas bioskop pun hanya dibuka 50 persen. Para staf juga telah menerima vaksinasi dosis lengkap dan menggunakan alat pelindung diri, seperti sarung tangan, masker, serta pelundung wajah.

Selain itu, pengunjung yang diperkenankan masuk adalah yang telah dua kali menerima dosis vaksin dan berusia 12 - 60 tahun. Makan dan minum selama berada di area bioskop pun dilarang. Pengunjung juga diimbau untuk membeli tiket secara online dalam rangka meminimalisasi sentuhan.

Sandiaga mengatakan bahwa uji coba ini akan dilakukan secara berkala. “Seperti refreshment ini juga kita akan evaluasi, seandainya memang sudah ada persetujuan dari Satgas COVID-19 dan teman-teman dari sisi kesehatan akan kita pertimbangkan untuk dievaluasi,” ucapnya.

Tanggapan pelaku bisnis bioskop

Menanggapi upaya yang dilakukan pemerintah, Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), Djonny Syafruddin, mengatakan langkah pemerintah tersebut cukup bermanfaat di tengah upaya bioskop dan perfilman Indonesia untuk memulihkan bisnisnya akibat wabah. 

“Kami (pengusaha bioskop) stay, nunggu para penonton. Jadi, ini sebenarnya saling berkait kepercayaan untuk ke bioskop, antara pengusaha, pemerintah, dan para ahli. Cuma, untuk para ahli kalau bicara sebaiknya hati-hati, jangan sembarangan ngomong, apalagi sampai menakut-nakuti orang (untuk ke bioskop lagi). Enggak boleh itu,” ucap Djonny kepada Fortune Indonesia (4/10).

Menurutnya, tantangan dalam masa uji coba pembukaan kembali bioskop masih sama seperti sebelumnya, yakni film yang ditayangkan masih didominasi produk impor. “Kalau peningkatan jumlah penonton sih belum ada, baru sekitar 10 persen. Jadi, pendapatan juga belum terdongkrak,” ujarnya.

Djonny berharap ke depannya antusiasme masyarakat untuk menonton di bioskop kembali seperti semula. Salah satu hal yang menjadi perhatiannya adalah dibolehkannya kembali aktivitas makan dan minum ketika menonton di bioskop. “Kita kan enggak kaya di restoran, karena ini adalah satu pemasukan juga bagi para pengusaha bioskop,” katanya.

Upaya yang dilakukan pemerintah bagi industri perfilman

Sandiaga menjelaskan bahwa semua ini dilakukan dalam rangka mendukung usaha perfilman yang cukup terdampak akibat pandemi Covid-19. Padahal, kata Sandiaga, industri perfilman memberikan kontribusi cukup besar pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, salah satunya mencapai Rp15 triliun pada 2019.

Untuk industri perfilman, Sandiaga mengungkapkan bahwa pemerintah menganggarkan dana sekitar Rp266 miliar. Langkah ini merupakan bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). “Mudah-mudahan uji coba pembukaan bioskop ini bisa membangkitkan kembali ekosistem bioskop dan film-film nasional,” kata Sandiaga.

Menurutnya, program PEN untuk industri perfilman terbagi ke dalam tiga skema, yaitu promosi, pembelian lisensi, dan produksi. “Harapannya adalah ini bisa menggerakkan sektor perfilman dan membuka lapangan kerja kembali seluas-luasnya,” ujarnya.

Related Topics