BUSINESS

Lebih Besar dari Plumpang, PIS Gandeng Pelindo Bangun Terminal Energi

Kapasitas tampung 6,3 juta barel, 3 kali lipat depo Plumpang

Lebih Besar dari Plumpang, PIS Gandeng Pelindo Bangun Terminal EnergiPIS dan Pelindo kerja sama pembangunan terminal energi terintegrasi dan ramah lingkungan (JIGT) terbesar di Indonesia (dok. Pertamina International Shipping)
02 September 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE  –  PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina International Shipping (PIS) bekerja sama dengan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) mengembangkan terminal energi ramah lingkungan di Jakarta atau Jakarta Integrated Green Terminal (JIGT) di Kalibaru, Jakarta Utara.

Terminal ini disebut akan berkapasitas tiga kali lebih besar dibandingkan Integrated Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang. 

Penandatanganan kerja sama ini dilakukan oleh CEO PIS Yoki Firnandi dan Direktur Strategi Pelindo Prasetyo, disaksikan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo,  Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha (SPPU) PT Pertamina (Persero) A. Salyadi, dan Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono.

“JIGT Kalibaru merupakan mega proyek infrastruktur yang menjadi komitmen pemerintah terkait transisi energi, terminal ini tidak hanya untuk ketahanan energi nasional tapi juga untuk energi yang berkelanjutan ke depan,” kata Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, di Jakarta, Jumat (1/9).

Menurutnya, JIGT mendorong daya saing indeks logistik Indonesia di tingkat global. Dengan teknologinya yang modern dan terdigitalisasi, JIGT bisa menjadi global benchmark dan katalis untuk Jakarta yang lebih ramah lingkungan.

Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha (SPPU) PT Pertamina (Persero) A. Salyadi mengatakan, salah satu tulang punggung ketahanan energi yang dikelola oleh Pertamina saat ini adalah Integrated Terminal Jakarta Plumpang, yang memenuhi hingga 15 persen suplai BBM nasional.

Namun, terminal BBM Plumpang telah beroperasi selama hampir 50 tahun, sehingga perlu dilakukan peningkatan kapasitas dan kapabilitas untuk menjawab kebutuhan energi mendatang. 

“Kebutuhan energi yang semakin tinggi dan dinamis, membutuhkan kehadiran terminal energi baru untuk mendukung Plumpang. JIGT Kalibaru akan hadir untuk menjawab kebutuhan energi tersebut, sekaligus bukti komitmen transisi dan bauran energi,” ujarnya. 

Pertamina mempercayakan pengembangan JIGT kepada Sub Holding Integrated Marine Logistics (SH IML) Pertamina International Shipping  yang berpengalaman mengelola terminal energi strategis, seperti terminal LPG Tanjung Sekong yang memasok 40 persen kebutuhan LPG nasional, serta kemampuan armadanya sebagai virtual pipelines dalam penyaluran energi di dalam negeri.

Kapsitas JIGT

JIGT dibangun di lahan seluas 50 hektare milik Pelindo dengan pertimbangan lokasi yang cukup strategis untuk hub alur perdagangan di Asia. Dari sisi operasional, lokasi JGIT juga berada di area bebas penduduk yang berbatasan dengan tepi laut dan memiliki tambatan lepas pantai yang bisa menampung kapal-kapal besar. 

“Kapasitas penampungan bisa mencapai hingga 6,3 juta barel untuk memenuhi kebutuhan energi area Jabodetabek dengan potensi peningkatan untuk ketersediaan bahan bakar di masa depan,” ujar CEO PIS Yoki Firnandi. 

Kapasitas penampungan ini sekaligus 3 kali lebih besar dibanding Terminal Integrated Jakarta yang berada di Plumpang. 

Terminal energi JIGT memiliki keunggulan dari sisi pengoperasian. “Seperti pemanfaatan energi baru dan terbarukan dalam kelistrikan, efisiensi energi, serta pengelolaan limbah untuk menjaga kelestarian lingkungan,” kata Yoki. 

Pembangunan JIGT terdiri dari beberapa tahap dengan investasi tahap pertama diperkirakan mencapai US$350 hingga US$550 juta atau sekitar Rp5,3- Rp8,3 triliun. Tahap pembangunan dimulai tahun ini dengan proses reklamasi, dilanjutkan dengan FEED (Front End Engineering Design) pada 2024  dan konstruksi awal serta penguatan struktur di 2025.

Sementara, pengoperasian terminal akan dilakukan dalam beberapa tahap. Fase pertama periode 2027-2035 untuk operasional storage bahan bakar BBM, fase kedua 2035-2040 untuk pembangunan dan operasional storage LNG, FAME, dan Used Cooking Oil (UCO), serta fase terakhir 2040 pembangunan dan operasional untuk storage hidrogen. 

“Disertai dengan penerapan teknologi modern terkini, sistem yang terdigitalisasi dan automasi yang memastikan operasional terminal lebih safe dan efisien,” tambah Yoki.

Ekosistem perdagangan energi

Direktur Strategi Pelindo Prasetyo mengatakan JIGT akan menjadi pintu gerbang ekosistem perdagangan energi (energy trading) melalui koridor Singapura - Indonesia yang memiliki porsi 30-35 persen alur perdagangan global untuk minyak dan LNG. Hal ini akan memberikan nilai optimal bagi  mengembangkan potensi bisnis ke depan dalam menjaga ketahanan energi nasional.

“JIGT juga akan mengadopsi energi dan sistem yang ramah lingkungan yang akan menjadi kebutuhan utama di masa depan. berharap semoga penandatanganan kesepakatan bersama ini dapat menjadi awal yang baik bagi peningkatan konektivitas guna menjamin sustainability energy Indonesia.” ujarnya.

Related Topics