BUSINESS

Mixue Berencana IPO di Bursa Hong Kong, Bidik Dana Rp15,4 T

Mixue mengajukan permohonan IPO di Hong Kong Selasa lalu.

Mixue Berencana IPO di Bursa Hong Kong, Bidik Dana Rp15,4 Tilustrasi Mixue (instagram.com/mixueindonesia)
04 January 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Produsen bubble tea asal Tiongkok, termasuk Mixue Bingcheng dan Guming, dikabarkan bakal mengajukan permohonan penawaran umum perdana atau IPO di bursa Hong Kong. Perusahaan-perusahaan di sektor makanan minuman ini tumbuh pesat dan berekspansi secara agresif di tengah persaingan ketat.

Dilansir dari Reuters, Mixue Group dan Guming Holdings, jaringan bubble tea segar terbesar dan kedua di Tiongkok berdasarkan jumlah toko pada 2023, mengajukan permohonan IPO di Hong Kong pada Selasa (2/1), menurut dokumen pengajuan bursa saham Hong Kong.

Mixue, yang saat ini memiliki sekitar 36.000 toko, berencana mengumpulkan dana sebesar US$500 juta hingga US$1 miliar atau sekitar Rp7,7-Rp15,4 triliun (asumsi kurs Rp15.535/ dolar AS)  dalam IPO di Hong Kong.

Sementara itu, Guming dengan 9.000 toko, berencana mengumpulkan dana sebesar US$300 juta hingga US$500 juta (sekitar Rp4,6-Rp7,7 triliun), menurut sumber. Namun, baik Guming maupun Mixue belum berkomentar mengenai hal ini.
 

Prospek bisnis

Bubble tea adalah salah satu dari sedikit bisnis peluang bagus bagi konsumen di Tiongkok, dengan kinerja operator berbiaya rendah.

Menurut studi China Chain Store & Franchise Association, sebanyak 486.000 toko bubble tea di negara tersebut memperkirakan peningkatan penjualan tahunan sebesar 40 persen pada 2023, sehingga mencapai market size sekitar 145 miliar yuan (setara US$20,4 miliar).

Namun dengan rendahnya diferensiasi produk, persaingan pun menjadi sangat ketat. Raksasa industri lainnya, ChaBaiDao, juga sudah mengajukan permohonan IPO-nya di Hong Kong beberapa bulan yang lalu.

“Saya pikir saat ini terdapat desakan besar untuk melakukan IPO, karena secara umum rantai ini telah berkembang secara agresif namun harus rela kehilangan uang untuk melakukannya,” kata Ben Cavender, Direktur Pelaksana di China Market Research Group.

“Siapa pun yang dapat melakukan IPO paling cepat dan mencapai posisi operasional yang stabil akan menjadi pemenang dalam jangka panjang.”

Mixue mendaftar di Bursa Efek Shenzhen pada tahun 2022, dengan tujuan mengumpulkan sekitar 6,5 miliar yuan, tetapi belum ada pengumuman resmi mengenai kemungkinan pencatatan tersebut.

Kinerja pesaing

Meskipun minuman dengan harga terjangkau sangat populer di kalangan anak muda, sentimen pasar terhadap jaringan bubble tea tidak optimis. Pemulihan ekonomi Tiongkok pasca-Covid-19 secara keseluruhan mengecewakan, dan pengangguran kaum muda mencapai 21 persen pada tahun lalu.

Saham Nayuki yang terdaftar di Bursa Efek Hong Kong, satu-satunya jaringan bubble tea yang diperdagangkan secara publik di negara tersebut, turun sekitar 80 persen sejak debut mereka pada 2021, ketika kepercayaan konsumen tinggi.

Produknya cenderung lebih mahal dibandingkan beberapa pesaingnya. Produk-produk utama dari lima jaringan teh segar teratas di Tiongkok biasanya berharga di bawah 20 yuan atau sekitar Rp43 ribu, sedangkan Mixue berfokus pada produk-produk dengan harga sekitar 6 yuan atau sekitar Rp13 ribu, menurut CIC.

Jika ada perusahaan yang mampu memanfaatkan meningkatnya rasa haus akan bubble tea di Tiongkok dan negara lain, maka Mixue Bingcheng adalah salah satu pesaing utama, kata Jason Yu, Managing Director firma riset pasar Kantar Worldpanel di Tiongkok Raya.

“Mereka sangat kuat dalam pengendalian biaya, namun merek mereka juga sangat kuat,” katanya. “Logo manusia salju mereka ada dimana-mana. Mereka melakukannya dengan sangat baik dalam membangun bisnis dengan skala global.

Related Topics