BUSINESS

Penjualan Lesu, Nike Kembali PHK Ratusan Karyawan

Karyawan di kantor pusat Nike di Oregon, AS terdampak PHK.

Penjualan Lesu, Nike Kembali PHK Ratusan Karyawanilustrasi trademark nike (unsplash.com/wu yi)
22 April 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Nike akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 740 karyawan di kantor pusat  di Oregon, Amerika Serikat (AS). PHK itu dilakukan bersamaan dengan rencana produsen sepatu dan perlengkapan olahraga terkemuka itu mengendalikan biaya setelah adanya peringatan penurunan pendapatan pada paruh pertama tahun fiskal 2025.

Dilansir dari Reuters, PHK tahap kedua ini akan dimulai pada tanggal 28 Juni di kantor pusat perusahaan Wakil Presiden Sumber Daya Manusia Nike, Michele Adams mengatakan hal itu dalam surat pemberitahuan yang diamanatkan secara hukum kepada otoritas negara bagian. 

Saham perusahaan sempat naik pada perdagangan setelah jam kerja. Namun, saham Nike sudah turun hampir 13 persen sepanjang tahun ini.

Pemangkasan Biaya

Nike pada Desember lalu telah mengumumkan rencana penghematan biaya sebesar US$2 miliar selama tiga tahun ke depan, kemudian pada Februari mengatakan akan mengurangi sekitar 2 persen dari total tenaga kerjanya, atau lebih dari 1.600 peran.

Perusahaan itu tercatat mempekerjakan sekitar 83.700 karyawan pada 31 Mei 2023.
Beberapa perusahaan di AS dan Kanada telah mengumumkan gelombang PHK baru, menyusul serentetan PHK pada tahun 2023, untuk memangkas biaya di tengah ketidakpastian permintaan.

Nike mengumumkan pendapatannya pada paruh pertama tahun fiskal 2025 akan menyusut satu digit di saat perusahaan berupaya mengurangi beberapa waralaba.

Penurunan kinerja Adidas

Sama halnya Nike, perusahan pakaian dan sepatu olahraga Adidas menyampaikan perkiraan 2024 jauh di bawah ekspektasi analis, terlebih dengan keuntungan terbatas dari penjualan stok sepatu Yeezy terakhir setelah perusahaan putus kontrak dengan Kanye West.

Proyeksi perusahaan Jerman tersebut mengamini pernyataan para produsen perlengkapan olahraga yang semuanya memperingatkan melemahnya laba tahun ini karena konsumen mengurangi pengeluaran untuk hal-hal yang tidak penting.

“Hal ini menunjukkan bahwa konsumen lebih fokus untuk mendapatkan nilai uang,” kata analis Citi, Monique Pollard, seraya menambahkan bahwa perusahaan pakaian olahraga merasa lebih sulit untuk mempertahankan pembeli pada titik harga yang lebih tinggi.

Di sisi lain, banyak dari peritel masih kelebihan stok di Amerika, kata Pollard, sehingga memaksa mereka untuk mendiskon produk.
Adidas memperkirakan laba operasional tahun 2024 sekitar 500 juta euro ($539,95 juta) dibandingkan konsensus 1,294 miliar euro dari perkiraan analis yang dikumpulkan oleh perusahaan.

Related Topics