BUSINESS

Bos Xiaomi Indonesia Bandingkan Pola Kerja AS-Tiongkok saat Pandemi

Pola kerja jarak jauh kerap jadi perdebatan.

Bos Xiaomi Indonesia Bandingkan Pola Kerja AS-Tiongkok saat PandemiIlustrasi kerja sama. (Pixabay/Tumisu)
by
19 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pandemi COVID-19 mengubah banyak hal, termasuk pola dan budaya kerja perusahaan. Kecakapan untuk bekerja secara hibrida (hybrid) pun menjadi penting bagi karyawan dan pemimpin perusahaan, kini maupun nanti.

Country Director Xiaomi Indonesia, Alvin Tse, memiliki cara pandang sendiri terkait hal ini. Dia membandingkan pola kerja yang diterapkan di Tiongkok dan Amerika Serikat pada saat pagebluk. Menurutnya, banyak perusahaan di Cina juga menerapkan bekerja dari rumah (work form home/ WFH), namun tak berlangsung lama.

Hal itu berbeda dengan pola kerja di Amerika Serikat. Alvin mengatakan mayoritas di sana masih menerapkan pola kerja dari rumah hingga kini. “Di Tiongkok misalnya. Karena pandemi dapat teratasi dengan cepat, skema bekerja dari rumah berlangsung tidak terlalu lama. Lain halnya dengan Amerika Serikat,” katanya kepada Fortune Indonesia.

Xiaomi Indonesia juga menerapkan sistem bekerja dari jarak jauh atau remote working. Hal itu telah dilakukan sejak Juni 2020. Menurutnya, perusahaan masih akan mengamati perkembangan pandemi agar bisa terus menyesuaikan.

Kerap jadi perdebatan

Menurutnya, perdebatan mengenai sistem kerja pun beredar. Ada pendukung sistem bekerja dari rumah karena dianggap lebih efisien dan memungkinkan terwujudnya work-life balance. Namun, bagi karyawan baru, sistem bekerja jarak jauh dianggap tidak pas. Sebab, kata Alvin, mereka tidak pernah bertemu dengan rekan kerjanya sehingga rasa merasa memiliki terhadap perusahaan dan tim belum terbangun. “Ke depannya, kami akan terus mengamati perkembangan yang terjadi,” ujarnya.

Riset pekerja saat WFH

Asia Pacific Workforce Preferences Barometer yang dirilis Jones Lang LaSalle (JLL) pada Maret 2021 menyebut, 54 persen pekerja mengalami kelelahan mental saat bekerja daring. 

Riset yang melibatkan 3.317 pekerja dari 10 negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, Australia, hingga Tiongkok itu menunjukkan tiga aspek profesionalitas yang hilang selama bekerja dari rumah. Ditengok lebih mendetail, kebanyakan merasa masih membutuhkan interaksi sosial langsung, butuh lingkungan yang mendukung pekerjaan, dan memerlukan adanya batasan kehidupan pribadi dan kerja. 

Baca tulisan selengkapnya tentang pola, dan ruang kerja di masa mendatang pada artikel berjudul “Menerka Masa Depan Ruang Kerja” di Majalah Fortune Indonesia edisi Oktober 2021.

Related Topics