Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ekonom: Tanpa Infrastruktur Mumpuni, Indonesia Berisiko Tertinggal dari Negara Tetangga

IMG_9286.jpeg
Ekonom INDEF Ahmad Heri Firdaus dan Direktur PT Reliance Sekuritas Reza Priyambada dalam diskusi LinkUp Market Movers di BEI, Jakarta, Kamis (19/7). Dok Fortune Indonesia
Intinya sih...
  • Infrastruktur industri menjadi faktor utama tarik investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia.
  • Pemerintah mempercepat pembangunan kawasan ekonomi khusus (KEK) untuk mendorong efisiensi dan daya saing industri.
  • Tantangan infrastruktur dasar di luar Jawa, investor mencari ekosistem digital yang mendukung.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Kesiapan infrastruktur industri, dari konektivitas fisik hingga ekosistem digital, menjadi faktor penentu utama bagi Indonesia dalam menarik investasi asing langsung (FDI), bahkan melampaui berbagai insentif fiskal yang ditawarkan. Tanpa infrastruktur yang memadai, Indonesia berisiko tertinggal dari negara tetangga dalam persaingan global.

Ekonom INDEF, Ahmad Heri Firdaus, menyatakan investor global hanya akan menanamkan modal di negara yang mampu menyediakan dukungan infrastruktur mumpuni bagi kegiatan industrinya.

“Investor dari Eropa atau Jepang akan mencari negara-negara yang kira-kira sudah siap infrastrukturnya, sudah baik produktivitasnya, sehingga itu bisa meningkatkan produktivitas, lebih efisien. Itu menjadi daya tarik utama sebelum mereka memutuskan masuk,” ujarnya dalam diskusi LinkUp Market Movers di BEI, Jakarta, Kamis (18/9).

Untuk mendorong hal tersebut, pemerintah tengah mempercepat pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang kini jumlahnya mencapai 25. Lokasi KEK dinilai strategis karena umumnya dekat dengan sumber daya alam, bahan baku, maupun jalur pelayaran nasional, yang berpotensi mendorong efisiensi sekaligus meningkatkan daya saing industri.

Meski begitu, tantangan besar masih membayangi, terutama di luar Jawa. Heri menyoroti beberapa KEK di wilayah timur Indonesia yang masih menghadapi hambatan infrastruktur dasar seperti listrik, telekomunikasi, dan konektivitas digital. Menurutnya, investor kini tidak hanya mencari infrastruktur fisik, tetapi juga ekosistem digital yang andal, termasuk internet of things (IoT).

Ia menambahkan, infrastruktur yang kuat akan menjadi penopang utama pertumbuhan sektor industri, yang saat ini berkontribusi hampir 20 persen terhadap perekonomian nasional.

“Kalau sektor industri tidak ditopang infrastruktur, sulit untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi,” kata Heri.

Inisiatif regional di kawasan ASEAN untuk memperkuat konektivitas juga harus direspons cepat oleh Indonesia.

“Kalau kita tidak menyambut, maka akan tertinggal. Saat negara tetangga memperkuat infrastruktur industrinya, Indonesia dengan segala potensinya juga harus mengembangkan infrastruktur yang bisa mendukung sumber daya kita,” ujarnya.

Di sisi lain, Direktur PT Reliance Sekuritas, Reza Priyambada, menyatakan dari sisi insentif, Indonesia sebenarnya tidak kalah saing. Pemerintah telah menyiapkan berbagai fasilitas seperti tax holiday, tax allowance, hingga pengurangan tarif. Namun, masih terdapat sejumlah permasalahan yang membedakan Indonesia dengan negara lain, seperti ketatnya perizinan terkait lahan.

Menyikapi berbagai tantangan tersebut, Heri menilai bahwa urgensi penguatan infrastruktur industri sudah sangat jelas. Keterbatasan anggaran pemerintah, menurutnya, dapat diatasi melalui skema kemitraan dengan swasta.

"Kemitraan pemerintah dan swasta akan menciptakan ekosistem yang saling mendukung,” katanya.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us

Latest in Business

See More

Dirikan Perusahaan Baru, Tempo Scan Ekspansi ke Industri Pengolahan Susu

19 Sep 2025, 10:47 WIBBusiness