Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Transformasi Primaya Hospital, dari Perusahaan Keluarga ke Bursa

Leona A. Karnali, CEO Primaya Hospital
Leona A. Karnali, CEO Primaya Hospital

Jakarta, FORTUNE - Primaya Hospital berawal dari perusahaan keluarga, didirikan oleh Prof. dr. Yos E. Susanto, Ph.D, seorang lulusan Universitas Indonesia yang kemudian melanjutkan pendidikan di University of Michigan, Amerika Serikat. Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1987, ia aktif membantu berbagai perusahaan dalam mendirikan rumah sakit sebagai konsultan sebelum akhirnya mendirikan Rumah Sakit Global Medika di Tangerang pada tahun 2006.

Keinginan Prof. Yos adalah memberikan kontribusi dalam mempersempit kesenjangan pelayanan kesehatan di Indonesia. Namun, mengelola rumah sakit sebagai entitas bisnis ternyata bukan perkara mudah. Leona A. Karnali, CEO Primaya Hospital yang juga menantu Prof. Yos, mengungkapkan bahwa profitabilitas rumah sakit tidak mudah dicapai karena memerlukan kestabilan finansial.

CEO Primaya Hospital, Leona A. Karnali, menyatakan profitabilitas tak mudah dicapai. “Kami bukan konglomerat atau pebisnis properti yang punya uang. Jadi, kita benar-benar bangun dari nol. Tentu namanya rumah sakit awalnya enggak langsung untung, harus kuat finansialnya,” kata perempuan yang juga menantu Prof. Yos itu kepada Fortune Indonesia.

Pada tahun 2008, Prof. Yos bermitra dengan Arfan Awaloeddin untuk mendirikan Primaya Hospital Bekasi Barat, yang sebelumnya bernama RS Global Awal Bros. Kemitraan ini berkembang hingga Primaya Hospital bermitra dengan PT Saratoga Investama Tbk pada tahun 2016. Leona yang saat itu menjabat sebagai Head of Investor Relations Saratoga bergabung dengan Primaya Hospital sebagai COO dan memimpin transformasi dari perusahaan keluarga menjadi perusahaan yang lebih profesional.

Transformasi ini mencakup pembenahan struktur organisasi, standarisasi operasional, dan peningkatan efisiensi manajemen. Leona juga melakukan rebranding dengan nama Primaya Hospital agar memiliki daya saing internasional. “Sejujurnya, rumah sakit ini tadinya mau diberi nama Prima, tapi sudah ada. Maka, akhirnya kami namakan Primaya agar mudah diterima. Ini sesuai nilai inti kami; profesional, rapi, ibadah, mendengarkan, dan asertif,” ujarnya.

Leona mengatakan, dengan nama ini diharapkan Primaya Hospital Group bukan hanya bersaing di dalam negeri, tetapi bisa menyetarakan pelayanan mereka dengan rumah sakit di luar negeri. Ini sejalan dengan visi ingin menjadi jaringan kesehatan terkemuka berstandar internasional.

Tantangan yang dilalui Primaya Hospital di tengah upayanya melakukan transformasi adalah saat pandemi COVID-19 melanda. Apalagi, saat itu perusahaan tengah menyiapkan IPO. Leona menyebut bahwa pandemi bukanlah berkah bagi industri rumah sakit karena banyak pasien yang enggan datang, sementara permintaan fasilitas kesehatan melonjak tajam. “Saya langsung koordinasi dengan Samator minta tolong karena ada pasien di ICU tidak mungkin bisa lepas ventilator. Kami butuh oksigen segera,” kenangnya.

Setelah membenahi manajemen, branding, hingga keuangan perusahaan; pada awal November 2022 PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk go public dengan menawarkan 302 juta unit saham pada rentang harga Rp900-950. Dalam keterbukaan informasi pada 8 November 2022, perusahaan mengucurkan 49 persen dari total dana penawaran umum Rp265,99 miliar untuk pembangunan rumah sakit di kota-kota besar di Pulau Sumatra dan Jawa. Sementara sisa dana sebesar Rp200,99 miliar disimpan di deposito dengan jangka waktu penyimpanan satu bulan.

Pasca-initial public offering (IPO), pada 27 Februari 2023 giliran SRTG melepaskan seluruh kepemilikan sahamnya (425,4 juta unit) di Primaya Hospital. Saat Saratoga memanen buah investasi, Leona sempat ditawari untuk kembali ke perusahaan tersebut.Namun, ia memilih bertahan di perusahaan keluarganya. Mengutip laporan tahunan perusahaan per 31 Desember 2023, komposisi kepemilikan saham Primaya Hospital, yakni: PT Famon Obor Maju (46,47 persen), Archipelago Investment Pte Ltd (27,15 persen), PT Awal Bros Citra Batam (17,34 persen), dan sisanya 9,04 persen dimiliki masyarakat.

Pasca-pandemi, Primaya Hospital berupaya memulihkan kinerja keuangan hingga mencapai level prapandemi pada tahun 2023. Mereka juga menargetkan ekspansi dua hingga tiga rumah sakit per tahun, termasuk pembukaan di Bandung dan Jakarta pada 2024

Transformasi digital dan adopsi teknologi

Sebagai bagian dari modernisasi, Primaya Hospital mengadopsi teknologi kesehatan mutakhir. Pada tahun 2023, Primaya Hospital Tangerang menjadi pelopor dalam penerapan artificial intelligence (AI) di Cath Lab untuk pengobatan jantung. Teknologi ini mempercepat proses fluoroskopi, mengurangi risiko radiasi, dan meningkatkan efisiensi tindakan medis.

Dalam inovasi lebih lanjut, Primaya Hospital bekerja sama dengan SPACE Singapore untuk memperkenalkan Heart Failure Monitor (HFM), sistem pemantauan jarak jauh bagi pasien gagal jantung. Teknologi ini memungkinkan deteksi dini gejala kritis dan intervensi yang lebih cepat dan akurat. Primaya Hospital Tangerang menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi ini.

Selain itu, Primaya Hospital juga telah mengimplementasikan sistem Electronic Medical Record (EMR), yang menghubungkan semua jaringan rumah sakit agar tenaga medis dapat mengakses data pasien dengan lebih cepat dan akurat. Digitalisasi layanan juga diterapkan melalui telemedicine, pendaftaran 24 jam, chatbot, dan sistem online appointment, yang mana hampir 60 persen pasien kini melakukan pemesanan janji temu secara daring.

Dengan berbagai inisiatif ini, Primaya Hospital terus berupaya memberikan layanan kesehatan berkualitas berstandar internasional. “Kami juga terus mengembangkan teknologi dan peralatan medis untuk membantu para dokter spesialis mengembangkan keahliannya ke prosedur dan layanan yang lebih canggih,” kata Leona.

Terbaru, Primaya Hospital Hertasning meresmikan EyeQu LASIK & Eye Center pada Selasa (18/3). Pusat kesehatan mata ini menteknologi bagi masyarakat yang mengalami ketergantungan kacamata minus dan silinder serta softlens. Setelah Makassar, Primaya Hospital Group akan melakukan ekspansi juga ke Jakarta dan Bekasi untuk membuka EyeQu, tepatnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara dan di Bekasi Timur.

Salah satu layanan unggulan yang dihadirkan adalah tindakan SMILE PRO, sebuah terobosan revolusioner untuk menghilangkan ketergantungan penggunaan kacamata dan lensa kontak bagi yang memiliki gangguan penglihatan jarak jauh dan silindris.
Dengan teknologi canggih, tindakan SMILE PRO dapat dilakukan hanya dalam waktu 8 detik per mata, menjadikannya pilihan yang cepat, presisi, dan nyaman bagi pasien.

”Kami sangat antusias untuk menghadirkan EyeQu LASIK dan Eye Center di Makassar,” ujar Direktur EyeQu LASIK & Eye Center, dr Cathy Karni Lando. Dengan mengusung teknologi terkini dan tim medis yang berpengalaman, EyeQu LASIK & Eye Center siap memberikan layanan kesehatan mata terbaik bagi masyarakat di Indonesia Timur, khususnya Sulawesi Selatan dan sekitarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us