BUSINESS

Bank-Bank Digital Tumbuh, Tantangan Berat Menunggu

Prospek dinilai dari pertumbuhan jumlah nasabah pengguna.

Bank-Bank Digital Tumbuh, Tantangan Berat MenungguIlustrasi Digital Banking. (ShutterStock/PopTika)
27 October 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Sepanjang tahun lalu hingga 2021 industri keuangan Indonesia diramaikan dengan kemunculan bank-bank digital. Kini, beberapa di antaranya telah mengumumkan laporan keuangan kuartal ketiga tahun ini. Bagaimana kinerjanya?

Setidaknya ada tiga bank digital yang sudah merilis neraca keuangannya pada Juli–September 2021, terdiri dari PT Bank Jago Tbk., PT Allo Bank Tbk., dan Bank Digital BCA atau BCA Digital. 

Bank Jago merupakan bank digital transformasi dari Bank Artos Indonesia (ARTO). Sedangkan, Allo Bank (sebelumnya Bank Harda Internasional) menjadi bank digital setelah diakuisisi Mega Corp. Sementara, PT Bank Central Asia Tbk. meluncurkan BCA Digital dengan mengakuisisi PT Bank Royal Indonesia.

Menurut keterangan resmi kepada media, Jumat (22/10), kuartal ketiga tahun ini merupakan kali pertama Bank Jago berhasil meraih laba bersih, yakni mencapai Rp14,0 miliar. Ini memutus tren rugi yang membelit perusahaan dalam enam tahun terakhir.

Namun,laporan keuangan Bank Jago masih menunjukkan rugi tahun berjalan Rp32,6 miliar, membaik ketimbang periode sama tahun sebelumnya (yoy) pada Rp105,7 miliar.

Pertumbuhan kinerja juga dialami Allo Bank. Bank yang dikenal dengan kode BBHI itu berhasil meningkatkan laba periode berjalan sebesar 77,2 persen. Sepanjang kuartal ketiga tahun ini, nilai keuntungan perusahaan Rp85,7 miliar dari Rp48,4 miliar sebelumnya.

Untuk BCA Digital, bank tersebut pada periode sama menanggung rugi Rp38,2 miliar, berbanding terbalik dari untung Rp41,8 miliar yang dibukukan sebelumnya. Kerugian itu disinyalir karena pendapatan bunga bersih menurun 9,3 persen menjadi Rp89,9 miliar. Di saat yang sama, beban operasional meningkat 170,7 persen menjadi Rp127,5 miliar.

Dari sisi aset, ketiga bank itu kompak meraih kenaikan. Aset Bank Jago tumbuh 535,7 persen menjadi Rp10,9 triliun. Allo Bank juga naik 224,0 persen menjadi Rp6,9 triliun. Sedangkan, BCA Digital meningkat 68,7 persen menjadi Rp4,9 triliun.

Masih perlu waktu, tantangan menunggu

Ilustrasi bank digital. (Shutterstock/Song_about_summer)

Head of Equity Research Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Darma, berpendapat meski kinerja sejumlah bank digital tumbuh—terutama dari sisi aset—namun ini belum sepenuhnya menjadi pertanda positif. Sebab, pertumbuhan itu lebih banyak didorong faktor low base effect seiring transformasi dari bank konvensional.

“Jadi sebetulnya secara overall sih masih belum cukup, ya. Kita mesti lihat growth-nya ke depan akan seperti apa. Ceritanya sekarang ini kinerjanya masih belum bisa terefleksi karena masih baru dan awal-awal semua,” kata Suria kepada Fortune Indonesia, Rabu (27/10).

Menurutnya, bank-bank digital tertantang tidak saja soal mencetak profitabilitas, tapi juga menggaet banyak pengguna ke aplikasinya. Sebab, berbeda dari bank konvensional, bank-bank digital ini hanya bisa menyasar nasabah individu. Semakin banyak jumlah nasabah individu yang dapat diraih, semakin besar penghimpunan dana maupun pemberian kredit.

“Kalau mereka bisa mengumpulkan jumlah pengguna yang banyak berarti ada efeknya ke bisnis. Jadi, yang mesti kita perhatikan sebenarnya user-nya itu bakal berapa ke depannya,” ujarnya.

Tanggapan masing-masing bank

Perbankan Digital
ShutterStock/Chan2545

Related Topics