Pendapatan Neto Blibli Naik 22% di Paruh I 2025, Ini Katalisnya

Jakarta, FORTUNE - PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli membukukan pendapatan neto konsolidasi senilai Rp9,59 triliun pada semester I 2025, naik 22 persen (YoY) dari Rp7,85 triliun pada periode yang sama di 2024.
Katalis pertumbuhan itu adalah kenaikan kinerja seluruh segmen usaha, khususnya pada kategori elektronik konsumen yang diuntungkan oleh volume penjualan smartphone yang meningkat. Ditambah lagi, bisnis OTA perseroan menunjukkan kinerja lebih baik, serta ekspansi jaringan toko fisik elektronik konsumen.
Namun, sebagai respons terhadap persaingan pasar yang semakin ketat pada semester pertama tahun 2025, Perseroan meningkatkan upaya promosinya—terutama di segmen ritel 1P, yang mengakibatkan sedikit penurunan Marjin Bruto konsolidasi secara keseluruhan menjadi 18,5 persen pada paruh I 2025.
"Sepanjang semester I 2025, kami menavigasi situasi konsumen yang lebih berhati-hati akibat dipengaruhi oleh tantangan ekonomi yang semakin meluas," ujar CEO & Co-Founder Blibli, Kusumo Martanto.
Secara segmen, kontribusi terbesar pendapatan berasal dari segmen institusi, yakni Rp2,64 triliun, naik 28 persen (YoY). Kemudian disusul oleh segmen toko fisik, yang mencetak pendapatan Rp2,61 triliun atau bertumbuh 21 persen (YoY).
Sementara itu, segmen ritel 1P berkontribusi sebesar Rp2,34 triliun, meningkat 19 persen (YoY) dari Rp1,96 triliun. Begitu pula dnegan segmen ritel 3P yang pendapatannya tumbuh 14 persen (YoY) menjadi Rp723 miliar.
Bersamaan dengan itu, perseroan membukukan rugi usaha senilai Rp1,14 triliun pada paruh I 2025, sedikit lebih rendah dari rugi usaha periode yang sama di 2024, yakni Rp1,15 triliun.
"Meskipun belanja diskresioner menurun, kami tetap teguh berkomitmen terhadap disiplin operasional dan eksekusi strategis," kata Kusumo lagi.
Dari segi neraca, BELI memiliki aset sejumlah Rp17,39 triliun per 30 Juni 2025, naik 8 persen dari akhir Desember 2024, yakni Rp16,16 triliun. Liabilitas perseroan pun meningkat 21 persen dari hampir Rp6,35 triliun menjadi Rp7,68 triliun.
Di sisi lain, jumlah ekuitas perseroan tercatat menurun 1 persen dari Rp9,81 triliun pada 31 Desember 2024, menjadi Rp9,71 triliun pada 30 Juni 2025.