BUSINESS

Kisah Jaringan Hotel Singapura Lalui Pandemi Tanpa PHK dan Potong Gaji

Far East Hospitality punya jaringan hotel di 8 negara.

Kisah Jaringan Hotel Singapura Lalui Pandemi Tanpa PHK dan Potong GajiVillage Hotel Sentosa yang dikelola Far East Hospitality
14 September 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Selama hampir dua tahun, pandemi Covid-19 sempat meluluhlantakkan bisnis perhotelan di seluruh dunia. Bagi negara mungil seperti Singapura yang sektor pariwisatanya mengandalkan kedatangan turis asing, isolasi menjadi makin mengimpit. Lalu, bagaimana jaringan hotel Far East Hospitality bertahan?

Far East Hospitality memiliki lebih dari 10 brand perhotelan dan mengoperasikan portofolio gabungan yang terdiri dari lebih dari 16.500 kamar. Di bawah pengelolaannya, ada lebih dari 100 hotel dan hunian di delapan negara – Australia, Denmark, Jerman, Hungaria, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, dan yang terbanyak di Singapura.

Di antara portofolio hotel Far East Hospitality adalah Oasia, Quincy, Rendezvous, Village, Far East Collection, Adina Hotels, Vibe Hotels, Travelodge Hotels and TFE Hotels Collection. Pembatasan mobilitas masyarakat di tengah pagebluk memukul angka kunjungan wisatawan ke hotel hingga titik terendah.

Punya pengalaman hampir empat dekade di bisnis perhotelan, Arthur Kiong Kim Hock, Chief Executive Officer Far East Hospitality menyatakan bahwa situasi pandemi benar-benar menegangkan. “Kita tidak bisa benar-benar yakin atas langkah yang kita ambil. Kita hanya bisa berusaha semampunya, lalu berdoa untuk hasil terbaik,” ujarnya di Artotel Thamrin, Jakarta, Selasa (13/9).

Padahal, Arthur punya pengalaman panjang menghadapi krisis. Dari krisis minyak pada awal 1985, Perang Teluk pada awal 1990-an, hingga krisis keuangan Asia pada 1997-1998. Ia juga berada di New York pada peristiwa runtuhnya World Trade Center (WTC) 9/11. Hotel yang diurusnya kala itu, RitzCarlton, berada hanya beberapa blok dari WTC. Tak berhenti di situ, ia juga bertugas di Mandarin Oriental Hotel Group Hong Kong saat pagebluk SARS melanda pada 2003.

Satu hal yang dijalankannya setiap badai krisis menerjang. Saat kunjungan tamu merosot, hotel harus menekan biaya operasional. Tapi, penghematan tak harus dilakukan dengan mengorbankan karyawan. “Selama pandemi, kami tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak pula ada pemotongan gaji,” ujarnya.

Lalu, apa rahasianya?

Jadi fasilitas isolasi

Dalam menghadapi krisis, menurut Kiong, yang penting adalah kemampuan beradaptasi. Dalam menghadapi badai pandemi misalnya, Far East Hospitality menyulap sekitar 25 persen kamar hotelnya menjadi fasilitas isolasi pemerintah.

Kiong mengakui bahwa saat menyewakan hotelnya untuk membantu pemerintah mengatasi pandemi, harga yang ditawarkannya tentu lebih rendah dari pasaran. Di sisi lain, aspek biaya bisa ditekan karena operasional harian akomodasi itu diurus oleh petugas kesehatan negara.

Bagaimanapun, tantangan yang dihadapinya tak mudah. Sebab, pihak hotel harus memenuhi banyak persyaratan sebelum bisa digunakan sebagai fasilitas isolasi. Di antaranya, menyangkut kebersihan dan berbagai kelengkapan lainnya. “Ada tim khusus yang didedikasikan untuk memenuhi berbagai kebutuhan ini,” kata Arthur.

Peluang kolaborasi

Arthur Kiong Kim Hock, Chief Executive Officer Far East Hospitality
Arthur Kiong Kim Hock, Chief Executive Officer Far East Hospitality

Related Topics