Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

PMI Manufaktur Turun, Tapi Masih Ada Keyakinan Kondisi Akhir Tahun Membaik

Ilustrasi Kondisi Pabrik Sektor Manufaktur Otomotif. (Unsplash/Appliances)
Ilustrasi Kondisi Pabrik Sektor Manufaktur Otomotif. (Unsplash/Appliances)
Intinya sih...
  • PMI Manufaktur Indonesia turun ke 50,4 pada September 2025, menandakan ekspansi tipis pada akhir kuartal ketiga.
  • Volume produksi turun karena daya beli klien turun.
  • Permintaan baru mengalami ekspansi selama dua bulan berturut-turut.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Indeks Manufaktur Indonesia kembali mencatatkan ekspansi pada September 2025 meski mengalami perlambatan laju. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis S&P Global bertengger pada level 50,4, atau terkoreksi dari 51,5 pada Agustus. Meski demikian, level tersebut masih berada di atas ambang 50,0 yang menandakan ekspansi tipis pada akhir kuartal ketiga.

Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti, menjelaskan kondisi manufaktur Indonesia sedikit membaik berkat berlanjutnya kenaikan permintaan baru.

“Namun demikian, volume produksi menurun karena perusahaan mencatat penurunan daya beli klien,” ujarnya dalam keterangannya, Rabu (1/10).

Meskipun industri menyaksikan pelemahan output, para pelakunya menunjukkan sikap optimistis. Sejumlah perusahaan justru meningkatkan pembelian input serta membangun inventaris, baik sebelum maupun setelah produksi. Langkah ini dilakukan demi mengantisipasi kenaikan permintaan pada bulan-bulan mendatang sekaligus melindungi diri dari kenaikan harga bahan baku yang terus menekan beban biaya.

“Perusahaan percaya diri peningkatan kondisi permintaan pada akhir triwulan ketiga akan terus berlanjut hingga tahun mendatang. Hal ini tecermin pada peningkatan ketenagakerjaan sejak Mei, serta keyakinan terhadap output 12 bulan yang berada pada posisi tertinggi dalam empat bulan terakhir,” kata Usamah.

Data S&P Global menunjukkan permintaan baru mengalami ekspansi selama dua bulan berturut-turut. Namun, pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan Agustus. Permintaan pasar domestik menjadi pendorong utama, sementara permintaan internasional justru menurun dua kali dalam tiga bulan terakhir, seiring pelemahan permintaan global.

Dari sisi ketenagakerjaan, sektor manufaktur mengalami kenaikan tenaga kerja selama dua bulan berturut-turut. Perbaikan kapasitas ini turut membantu perusahaan mengurangi pekerjaan yang tertunda. Meski demikian, penurunan output masih terjadi untuk kelima kalinya dalam enam bulan terakhir.

Tekanan biaya juga belum mereda. Inflasi biaya input meningkat ke level tertinggi sejak Februari akibat kenaikan harga bahan baku. Kondisi ini mendorong sejumlah perusahaan meneruskan beban biaya kepada konsumen melalui kenaikan harga output pada laju sedang.

Kendati menghadapi tantangan daya beli dan tekanan harga, prospek industri manufaktur Indonesia dinilai masih positif. Optimisme pelaku usaha semakin kuat menjelang akhir tahun, dengan harapan permintaan pasar akan terus meningkat dan menopang pertumbuhan sektor manufaktur pada 2026.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us

Latest in Business

See More

PMI Manufaktur Turun, Tapi Masih Ada Keyakinan Kondisi Akhir Tahun Membaik

01 Okt 2025, 10:45 WIBBusiness