BUSINESS

Dibayangi Resesi Global, Lippo Group yakin Sektor Properti Prospektif

Perpanjangan relaksasi LTV properti diyakini dongkrak kredit

Dibayangi Resesi Global, Lippo Group yakin Sektor Properti ProspektifCEO Lippo Karawaci sekaligus Direktur Lippo Group, John Riady, dalam talk show Fortune Indonesia Summit 2022, Kamis (19/5). Dok/Fortune Indonesia.
24 October 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta,FORTUNE- Memasuki pengujung tahun ini, kondisi perekonomian nasional dan global kembali diguncang ancaman resesi yang dipicu imbas pandemi dan kekacauan rantai pasok global akibat perang Ukraina dan Rusia. 

Berbagai lembaga dunia, termasuk Dana Moneter International (IMF), memperkirakan perekonomian global akan masuk jurang resesi pada tahun depan. Dampak dari kenaikan suku bunga yang signifikan dalam waktu singkat disertai lonjakan inflasi akan memukul berbagai sektor ekonomi. 

Bahkan, IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan global untuk tahun depan hanya 2,7 persen dan memperingatkan resesi dunia yang keras jika pembuat kebijakan salah menangani perang melawan inflasi. 

Menimbang kondisi tersebut, Direktur Eksekutif Lippo Group, John Riady, menilai sektor properti sebagai sektor padat karya masih memiliki peluang sebagai bantalan krisis, asalkan dikawal oleh berbagai kebijakan pendukung pertumbuhan. 

John menganggap sektor properti telah menunjukkan daya tahan luar biasa selama pandemi. Daya resilensi yang sama, lanjutnya, akan menjadi modal sektor properti melewati masa krisis. 

"Yang jelas, sektor properti akan tetap prospektif. Sebabnya, Indonesia masih memiliki kesenjangan kepemilikan pemukiman, selain itu pertumbuhan kelas menengah yang kuat akan menjamin kesinambungan pertumbuhan permintaan tersebut,” kata John via keterangan yang dikutip Senin (24/10).
 

Perpanjangan relaksasi LTV properti diyakini dongkrak kredit

Ilustrasi KPR Perumahan/ Shuterstock Gungpri

Pemerintah Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan mengalami revisi, di bawah target yang ditetapkan semula 5,3 persen. Namun, di sisi lain, dalam menghadapi potensi resesi tersebut, pemerintah dan bank sentral telah menerapkan berbagai strategi. 

John merespons positif langkah Bank Indonesia yang melanjutkan kebijakan relaksasi rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) untuk kredit/pembiayaan properti maksimal 100 persen. 

Mulanya insentif tersebut akan berakhir pada akhir tahun ini, namun Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur BI pada 19-20 Oktober lalu memutuskan untuk memperpanjangnya hingga akhir 2023. 

“Perpanjangan insentif ini kami yakini akan mendorong penyaluran kredit perbankan kepada dunia usaha, sehingga memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian," kata John. 

Terkait sektor properti, John mengatakan sektor tersebut akan tetap berpeluang tumbuh. Dari segi investasi, properti masih jadi aset yang baik di tengah kondisi ekonomi kiwari. Sebagai pemilik konglomerasi properti, dia menilai jika sektor properti bisa diselamatkan maka daya tahan ekonomi nasional bisa lebih kuat. 

Sejauh ini sektor properti merupakan salah satu sektor penyangga terbesar Produk Domestik Bruto (PDB), sekitar 13,6 persen, katanya. Selain itu, terdapat ekosistem industri yang sangat besar terkait sektor properti, sedikitnya 175 jenis industri terlibat dalam sektor tersebut. Dengan postur tersebut, sektor properti diyakini mampu menggerakkan roda perekonomian dan menjadi andalan pendapatan pajak pusat maupun daerah. 

Lippo Karawaci masih bukukan pertumbuhan pra penjualan

Waterfront Lippo Cikarang. (Website Lippo Cikarang)

Related Topics