Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Bunga Acuan BI Diproyeksikan Tetap 5,50%, Ini Pertimbangannya

Museum Bank Indonesia (https://id.wikipedia.org/)
Museum Bank Indonesia (https://id.wikipedia.org/)
Intinya sih...
  • BI proyeksikan suku bunga tetap 5,50% pada Juni 2025
  • Inflasi turun menjadi pertimbangan utama bank sentral
  • Gejolak Timur Tengah dan arus modal masuk berdampak terhadap Rupiah

Jakarta, FORTUNE – Bank Indonesia (BI) diproyeksikan bakal mempertahankan suku bunga acuannya di 5,50 persen pada periode Rapat Dewan Komisioner (RDK) periode Juni 2025. Hal itu disampaikan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) dalam analisis makroekonomi.

“Walaupun Bank Indonesia sudah memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke 5,50 persen di bulan lalu, inflasi Mei cenderung menurun setelah lewatnya faktor musiman di April,” kata Ekonom LPEM FEB UI, Teuku Riefky di Jakarta, Rabu (18/6).

Ia menilai, inflasi menjadi pertimbangan utama bank sentral dalam arah kebijakan suku bunga acuan. Inflasi umum tercatat turun ke 1,60 persen (yoy) di Mei 2025 setelah berakhirnya siklus musiman Idul Fitri dan mulai normalnya permintaan terhadap bahan pangan utama dan mendorong turun tingkat harga. 

“Lebih lanjut, adanya indikasi berlanjutnya lipstick effect menyiratkan lemahnya daya beli sementara tensi perang dagang mendorong turunnya permintaan agregat,” kata Riefky.

Gejolak Timur Tengah masih jadi risiko pergerakan nilai tukar rupiah

ilustrasi Iran vs Israel (lens.monash.edu)

Kemudian, belum terlihat adanya kenaikan pertumbuhan kredit yang signifikan pasca pemotongan suku bunga acuan. Di saat yang sama, walaupun Rupiah sudah menguat di beberapa minggu terakhir, masih ada risiko meningkatnya ketidakpastian di jangka pendek seiring dengan pengumuman Trump untuk melanjutkan negosiasi perdagangan.

Apalagi, memanasnya tensi geopolitik di Timur Tengah dapat memicu investor untuk flight-to-safety dan mengalihkan investasinya ke aset safe haven.

Dalam 30 hari terakhir, Indonesia mengalami arus modal masuk neto sebesar US$1,59 miliar. Arus modal ini sebagian besar menuju ke instrumen obligasi dengan total mencapai US$1,48 miliar, sedangkan arus modal masuk ke instrumen ekuitas bernilai hanya US$110 juta. Akibatnya, imbal hasil surat utang pemerintah turun baik di tenor jangka pendek maupun jangka panjang.

Melonjaknya arus modal masuk membawa dampak positif terhadap Rupiah. Antara 16 Mei dan 16 Juni, Rupiah menguat 1,03 persen dari Rp16.440 per US$ ke Rp16.273 per US$. Tetapi, secara year-to-date, rupiah melemah 1,17 persen (ytd) terhadap US$.

“Dibandingkan mata uang negara berkembang lainnya, Rupiah cenderung memiliki performa yang lebih buruk seiring dengan mata uang negara berkembang lainnya yang cenderung menguat sejak awal tahun,” katanya.

Selain itu, lanjut Riefky, Bank Indonesia juga perlu terus memperhatikan transmisi dan efektivitas dari pemotongan suku bunga acuan sebelumnya sembari menjaga fokus dalam antisipasi dampak tekanan eksternal terhadap rupiah.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us