FINANCE

Morgan Stanley Prediksi Rusia Gagal Bayar Obligasi pada 15 April

Rusia disebut di ambang kebangkrutan akibat sanksi ekonomi.

Morgan Stanley Prediksi Rusia Gagal Bayar Obligasi pada 15 AprilPresiden Rusia Vladimir Putin
09 March 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Morgan Stanley mengingatkan bahwa ekonomi Rusia berada di ambang kebangkrutan akibat rentetan sanksi yang diberlakukan negara-negara Barat. Head of emerging-market sovereign credit strategy Morgan Stanley Simon Waever memprediksi bahwa gagal bayar negara tersebut dapat terjadi 15 April.

Tanggal tersebut merupakan akhir masa tenggang 30 hari pada pembayaran kupon obligasi berdenominasi dolar yang harus dibayar oleh pemerintah Rusia. Pembayaran kembali obligasi ini akan jatuh tempo pada tahun 2023 dan 2043

“Kami melihat default sebagai skenario yang paling mungkin,” tulis Waever dalam sebuah catatan Senin (7/3), seperti dikutip Fortune.com.

Waever juga membandingkan skala potensi gagal bayar Rusia dengan negara lain yang menerima sanksi Barat seperti Venezuela. Sebagai informasi, Venezuela telah gagal membayar utangnya sejak 2019, ketika perusahaan minyak milik negara tersebut PDVSA terlambat membayar tumpukan bunga utang senilai puluhan miliar dolar. 

Kondisi itu terjadi setelah produksi minyak mereka melambat di tengah serangkaian sanksi yang diberlakukan pada 2019 oleh AS saat itu, ketika Presiden Donald Trump dalam upaya untuk menggulingkan Nicolas Maduro sebagai presiden.

“Dalam kasus default, (kondisi Rusia) itu tidak mungkin seperti yang normal, dengan Venezuela sebagai gantinya mungkin merupakan perbandingan yang paling relevan," tutur Waever.

Larangan impor migas Rusia

AS dan Uni Eropa telah memberikan banyak sanksi terhadap ekonomi Rusia, dan sangat membatasi kemampuan Rusia untuk melakukan bisnis di luar negara asal mereka, termasuk melarang beberapa bank Rusia menggunakan SWIFT, sistem pembayaran internasional.

Tetapi mungkin pukulan terbesar bagi ekonomi Rusia, adalah keputusan AS melarang impor minyak negara tersebut yang disusul dengan indikasi bahwa Uni Eropa sedang mempersiapkan pembatasan serupa.

Rusia adalah pemasok utama minyak mentah dan gas alam ke UE, dan blok tersebut telah bekerja keras untuk mengisi kesenjangan energi Rusia yang hilang. Kemarin, Uni Eropa mengumumkan beberapa langkah untuk memotong impor gas Rusia hingga dua pertiga tahun ini, termasuk meningkatkan impor gas alam dan gas alam cair dari negara lain di Eropa, Afrika, Timur Tengah, dan Asia Tengah.

Waever mencatat bahwa Rusia dan Venezuela serupa karena keduanya memiliki aset minyak signifikan yang tidak dapat digunakan selama sanksi masih berlaku. Sejak sanksi mulai berlaku, Venezuela telah terperosok dalam krisis ekonomi yang tak berkesudahan, dan Maduro telah menjadikan keringanan sanksi sebagai bagian penting dari sikap kebijakan luar negerinya.

Gagal bayar utang bisa terjadi karena ketidakmampuan atau keengganan untuk melakukan pembayaran. Waever mencatat bahwa ada kemungkinan Rusia bersedia memutuskan untuk menunda pembayaran sebagai tanggapan terhadap sanksi Barat, meskipun ia juga mengakui adanya ketidakpastian apakah bank AS diizinkan untuk menerima pembayaran kupon dari Rusia di bawah rezim sanksi saat ini.

Analis JPMorgan sebelumnya telah memperingatkan pada awal Maret bahwa sanksi membuat kemungkinan default utang internasional untuk Rusia. "Sanksi [...] telah secara signifikan meningkatkan kemungkinan default obligasi mata uang keras pemerintah Rusia," tulis analis dalam sebuah catatan kepada klien pada 2 Maret.

Related Topics