Jakarta, FORTUNE – Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022 mencatat indeks literasi keuangan Indonesia baru mencapai 49,68 persen, padahal indeks inkulusi keuangan RI telah menyentuh level 85,10 persen. Kondisi tersebut membuat adanya gap antara literasi dan inklusi keuangan sebesar 35,42 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi bahkan mengatakan, rendahnya literasi keuangan membuat masyarakat rentan alami 3 risiko keuangan. Kerentanan tersebut ialah kurangnya pemahaman terhadap produk jasa keuangan, rentannya terjerat aktivitas keuangan illegal hingga rentan mengalami kendala dalam akses permodalan.
“Kerentanan yang patut menjadi perhatian kita ialah maraknya aktifitas keuangan ilegal. Dalam hal ini OJK sangat concern,” kata Wanita yang akrab dipanggil Kiki pada acara Monthly Business Clinic (MOBIC) bertajuk Literasi Keuangan, Optimalkan Pembiayaan Dengan Cerdas dan Bijak yang diselenggarakan oleh FIF Group secara virtual di Jakarta, Jumat (15/9).