Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pembiayaan Berkelanjutan BNI Sentuh Rp182 triliun, Ini Sektor yang Disasar

Ilustrasi Gedung Bank BNI (bni.co.id)
Ilustrasi Gedung Bank BNI (bni.co.id)
Intinya sih...
  • Pembiayaan berkelanjutan BNI mencapai Rp182,2 triliun hingga April 2025, setara dengan 24% total kredit.
  • BNI mengalokasikan Rp72,8 triliun untuk kredit hijau dan pembiayaan SLL kepada sektor agrifood, manufaktur semen, dan lainnya.
  • BNI menerapkan Risk Acceptance Criteria (RAC) dengan mempertimbangkan mitigasi risiko perubahan iklim dan pembiayaan selektif kepada sektor-sektor dengan emisi tinggi.

Jakarta, FORTUNE – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mencatat pembiayaan berkelanjutan sebesar Rp182,2 triliun hingga April 2025. Nilai itu setara dengan 24 persen dari total kredit yang disalurkan BNI.

"Dinamika perubahan iklim juga mendorong sektor perbankan untuk berperan aktif dalam pembiayaan yang berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat," kata Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Selasa (10/5). 

Kredit hijau BNI capai Rp72,8 triliun 

Pengguna BNI Mobile Banking
Ilustrasi orang menggunakan BNI Mobile Banking (Situs canva.com/Edited by Evelyn Anggraini)

Okki Rushartomo mengatakan, dari jumlah tersebut, sebesar Rp72,8 triliun dialokasikan khusus untuk pembiayaan atau kredit hijau. Ia menegaskan bahwa BNI terus memperkuat penerapan prinsip keberlanjutan dalam proses bisnisnya, termasuk dalam penyaluran kredit ke sektor-sektor yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan. 

“BNI berperan sebagai mitra strategis dalam mendukung transisi berkelanjutan melalui layanan pendampingan dan pembiayaan berbasis sustainability linked loans,” kata Okki. 

Hingga saat ini, BNI telah menyalurkan pembiayaan SLL sebesar Rp6,0 triliun kepada berbagai sektor, termasuk agrifood, manufaktur semen, baja, produk batubara dan kemasan. Pembiayaan ini ditujukan untuk mendorong peningkatan kinerja keberlanjutan perusahaan.

Selain itu, BNI juga memiliki Risk Acceptance Criteria (RAC) dengan menambahkan mitigasi risiko perubahan iklim, memuat persyaratan minimum bagi (calon) debitur untuk sektor yang berisiko tinggi terhadap lingkungan, seperti sertifikasi RSPO/ISPO dan berkomitmen untuk menerapkan kebijakan No Deforestation, No Peat, and No Exploitation (NDPE) dalam kegiatan pembukaan lahan untuk debitur sektor perkebunan kelapa sawit, pemenuhan dokumen AMDAL atau UPL/UKL atau PROPER sesuai dengan sektor usahanya. 

Ini pertimbangan BNI sasar sektor penyaluran pembiayaan berkelanjutan

BNI Luncurkan Layanan Wealth Management di Singapura, Gandeng Schroders dan Fullerton. (Dok/Istimewa).
BNI Luncurkan Layanan Wealth Management di Singapura, Gandeng Schroders dan Fullerton. (Dok/Istimewa).

BNI juga menerapkan pembiayaan secara selektif kepada sektor-sektor dengan emisi tinggi, dengan mempertimbangkan implementasi aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST), serta rencana transisi energi yang jelas dan terukur dari debitur, sebagai bagian dari komitmen untuk mendukung pembiayaan yang bertanggung jawab dan mendorong transisi menuju ekonomi rendah karbon.

Tuntutan pasar dan regulator mendorong bisnis lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial. BNI menjawabnya dengan mengintegrasikan prinsip ESG dalam proses bisnis.

"BNI optimistis dapat mendorong transformasi menuju sistem keuangan hijau. Dengan pembiayaan berkelanjutan dan penerapan prinsip ESG, BNI berupaya mewariskan lingkungan sehat untuk generasi mendatang," tegas Okki.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us