Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Pertamina melalui Sub Holding Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) telah menyelenggarakan Closing Ceremony Project Financing RDMP Balikpapan pada Jumat (23/6/2023). (Dok. Pertamina)
Pertamina melalui Sub Holding Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) telah menyelenggarakan Closing Ceremony Project Financing RDMP Balikpapan pada Jumat (23/6/2023). (Dok. Pertamina)

Intinya sih...

  • Pemerintah menargetkan Indonesia berhenti impor solar pada 2026 dengan memanfaatkan RDMP Balikpapan.

  • Kapasitas produksi solar dalam negeri akan meningkat tajam, menciptakan kelebihan pasokan dan surplus sekitar 3-4 juta kiloliter.

  • Kementerian ESDM fokus pada pemenuhan kuantitas, penghentian impor, dan peningkatan kualitas solar setara dengan standar Euro 5.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dapat ditekan secara signifikan pada 2026. Namun upaya tersebut dinilai sangat bergantung pada mulai beroperasinya proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan apabila kilang RDMP Balikpapan telah beroperasi penuh, kapasitas produksi Solar dalam negeri akan meningkat tajam. Kondisi ini diproyeksikan mampu memenuhi kebutuhan domestik dan berpotensi menciptakan kelebihan pasokan solar di dalam negeri.

"Solar nanti 2026, kalau RDMP sudah jadi, kita akan surplus kurang lebih sekitar 3 sampai 4 juta (kiloliter). Jadi, agenda kami di 2026 itu tidak ada impor Solar lagi," ujar Bahlil dalam siaran pers, Selasa (30/12).

Di satu sisi, Bahlil juga menyebut bahwa realisasi kebijakan tersebut masih menunggu kesiapan infrastruktur dan menyesuaikan dengan jadwal operasional kilang yang dikelola oleh PT Pertamina (Persero). Jika operasional penuh kilang baru dimulai pada Maret 2026, maka masih ada kemungkinan dilakukan impor dalam jumlah kecil pada awal tahun untuk menjaga ketahanan stok nasional.

"Tergantung dari Pertamina. Kalau katakanlah bulan Maret baru bisa (beroperasi penuh), berarti Januari dan Februari mungkin masih ada sedikit (impor) yang kita eksekusi. Tapi itu perlu saya exercise ya. Kalau memang Januari-Februari tidak perlu impor," ujarnya.

Hingga kini, Kementerian ESDM terus melakukan koordinasi intensif dengan Pertamina untuk memastikan kesiapan teknis di lapangan.

Selain fokus pada pemenuhan kuantitas dan penghentian impor, Kementerian ESDM juga menyiapkan peta jalan (roadmap) untuk meningkatkan kualitas solar di Indonesia. Saat ini, produk Solar yang beredar memiliki angka setana (Cetane Number) 51, namun pemerintah berambisi membawa kualitas BBM dalam negeri setara dengan standar Euro 5.

Bahlil mengakui tantangan utama dalam peningkatan kualitas ini adalah kesiapan infrastruktur kilang yang ada saat ini. Namun, ia memastikan pemerintah berkomitmen penuh untuk melakukan peremajaan teknologi kilang agar standar lingkungan yang lebih baik dapat tercapai.

"Upaya kita akan ke sana (Euro 5). Memang sekarang infrastruktur kilang kita belum sepenuhnya memadai untuk itu, terus kita lakukan yang terbaik," ujar Bahlil.

Proyek RDMP Kilang Balikpapan adalah salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang menelan investasi mencapai US$7,4 miliar atau setara dengan Rp126 triliun. Proyek ini menjadi salah satu investasi yang terbesar dilakukan BUMN yang di gadang-gadang mengurangi impor BBM.

Editorial Team

EditorEkarina .