FINANCE

Tahan Pengikisan Cadev untuk Stabilitas Rupiah, BI Bisa Optimalkan LCS

Cadev RI diyakini bertahan di US$130 miliar pada akhir 2022.

Tahan Pengikisan Cadev untuk Stabilitas Rupiah, BI Bisa Optimalkan LCSIlustrasi Bank Indonesia/ Shutterstock Harismoyo
07 October 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) diimbau untuk mengoptimalkan program Local Currency Settlement (LCS) atau penggunaan mata uang lokal pada pembayaran lintas negara untuk mengantisipasi pengikisan cadangan devisa akibat intervensi ke nilai tukar rupiah.

Program tersebut diyakini bisa mengurangi ketergantungan transaksi ekspor impor dengan dollar, sehingga cadev tetap terjaga. Saat ini Indonesia sudah memiliki kesepakatan kerja sama  LCS dengan Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina.

“Local Currency Settlement (LCS) degan mitra bisnis negara lain dalam kaitannya dgn ekspor dan impor antara Indonesia dengan Cina, Jepang, Thailand dan Malaysia dioptimalkan untuk mengurangi kebutuhan dolar AS. Sehingga tekanan terhadap rupiah bisa dikendalikan menuju titik kestabilan atau keseimbangan,” kata Ekonom sekaligus Co-Founder & Dewan Pakar Institute of Social, Economic and Digital (ISED) Ryan Kiryanto saat dihubungi oleh Fortune Indonesia di Jakarta, Jumat (10/7).

Seperti diketahui, BI melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2022 sebesar US$130,8 miliar. Turun bila dibandingkan dengan posisi pada akhir Agustus 2022 sebesar US$132,2 miliar.

BI menyatakan, penurunan posisi cadangan devisa pada September 2022 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Penurunan cadev harus diwaspadai

ilustrasi : uang
Pixabay/Geralt

Ryan menambahkan, posisi cadev  RI di September 2022 di US$130,8 miliar turun cukup tajam bila dibandingkan dengan posisi cadev RI di September 2021 yang masih US$146,9 miliar. Bahkan, jangka waktu pemenuhan impor dan pembayaran utang luar negeri juga terlihat semakin pendek dan mendekati standar kecukupan internasional.

Benar saja, saat September 2021 jangka waktu pemenuhan impor bisa mencapai 8,6 bulan hingga 8,9 bulan. Jauh diatas standar internasional yang dipatok 3 bulan pemenuhan impor. Namun saat ini jangka waktu pemenuhan impor dan pembayaran utang hanya 5,7 dan 5,9 bulan.

“Tenor waktu cadev kita untuk bisa memenuhi kewajiban semakin pendek. Berati kita harus waspada. Ini orang jarang tahu, bukan soal besaranya tapi kewajibanya makin pendek artinya kewajiban kita untuk mebayar utang bisa membesar,” jelas Ryan.

Untuk itu, seluruh pelaku usaha diimbau untuk tetap mewaspadai ketidakpastian ekonomi global dan dalam negeri khususnya pada nilai tukar rupiah.

Cadev RI diyakini bertahan di US$130 miliar pada akhir 2022

Ilustrasi Bank Indonesia dalam Uang/Shutterstock E.S Nugraha

Related Topics