Analis: Aksi Buyback Bisa Dorong Momentum Penguatan IHSG Berlanjut

- Indeks harga saham gabungan (IHSG) mulai alami rebound setelah turun lebih dari 5 persen pada perdagangan sebelumnya.
- Kebijakan buyback saham memungkinkan emiten merespons tekanan pasar dengan fleksibel.
- Keputusan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga juga menjadi faktor yang akan mempengaruhi arah pasar.
Jakarta, FORTUNE - Indeks harga saham gabungan (IHSG) mulai menunjukkan tanda-tanda rebound usai terpuruk hingga lebih dari 5 persen pada perdagangan kemarin (18/3).
Hal ini diiringi oleh sentimen positif dari kebijakan terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memungkinkan emiten melakukan pembelian kembali saham (buyback) tanpa perlu melalui rapat umum pemegang saham (RUPS).
Dengan beleid terbaru itu, perusahaan dapat lebih fleksibel merespons tekanan pasar dengan segera, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan investor.
Buyback saham sering kali dipandang sebagai sinyal bahwa emiten menilai harga sahamnya undervalued untuk memberikan investor pengembalian.
Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, menilai aksi yang juga disebut repurchase itu dapat meredam aksi jual, mengurangi volatilitas, dan memungkinkan apresiasi pada harga saham karena jumlah saham beredar menjadi lebih sedikit.
Selain kebijakan buyback itu, keputusan Bank Indonesia (BI) mengenai suku bunga, menurut Hendra, dapat menjadi faktor yang akan mempengaruhi arah pasar. Jika BI mempertahankan suku bunga, pasar kemungkinan akan merespons dengan stabil, karena ini mencerminkan kondisi makroekonomi yang tetap terjaga di tengah ketidakpastian global.
Namun, apabila BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga, dampaknya bisa lebih positif bagi IHSG, terutama bagi sektor-sektor yang sensitif terhadap kebijakan moneter seperti properti dan perbankan.
“Dengan suku bunga yang lebih rendah, biaya pendanaan bagi emiten akan semakin ringan, yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya tarik pasar saham dibandingkan instrumen investasi lain seperti obligasi,” ujar Hendra kepada Fortune Indonesia, Rabu (19/3).
Secara keseluruhan, Hendra mencermati kombinasi antara kebijakan buyback yang lebih fleksibel dan ekspektasi pasar terhadap keputusan BI menjadi katalis utama bagi pergerakan IHSG dalam waktu dekat.
Dengan demikian, apabila banyak emiten mengambil langkah buyback, momentum penguatan bisa berlanjut, terutama bagi saham-saham yang memiliki fundamental kuat dan valuasi menarik. Kendati demikian , investor juga perlu mencermati perkembangan kebijakan suku bunga, karena ini akan menjadi faktor tambahan yang menentukan arah pasar dalam beberapa bulan ke depan.
“Dengan kondisi pasar yang masih dinamis, strategi investasi yang cermat dan berbasis analisis fundamental menjadi kunci dalam menangkap peluang di tengah perubahan kebijakan ekonomi,” katanya.
Pada perdagangan hari ini, IHSG menguat 92,54 poin (1,49 persen) ke level 6.315,92. Hingga pukul 14.30, volume perdagangan yang tercatat mencapai 137,49 juta saham dengan nilai transaksi Rp10,32 triliun.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan Kebijakan Pelaksanaan Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Perusahaan Terbuka dalam Kondisi Pasar yang Berfluktuasi Secara Signifikan atau buyback saham tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Ini berlaku sampai dengan enam bulan setelah dikeluarkan surat OJK pada tanggal yang ditetapkan, yakni 18 Maret 2025.
Sejauh ini, sembilan emiten berencana melangsungkan buyback dan akan meminta persetujuan melalui RUPS. Kode emiten mereka adalah BBRI, BMRI, BBNI, BNGA, NISP, JPFA, LPPF, AVIA, hingga CNMA.