OPEC+ Adakan Pertemuan untuk Bahas Penurunan Harga Minyak
Penurunan terjadi karena kekhawatiran akibat Omicron.
Jakarta, FORTUNE – Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan beberapa negara rekanannya akan mengadakan pertemuan pada Rabu (1/12) terkait penurunan harga minyak global dan pelemahan permintaan di tengah kemunculan varian baru virus COVID-19, Omicron. Pertemuan ini akan membahas keputusan tentang langkah melepas lebih banyak minyak ke pasaran atau justru menahan pasokan dalam kondisi terkini di pasar dunia.
Menutup November 2021, Reuters (1/12) menuliskan, harga minyak mengalami penurunan bulanan terbesar sejak awal pandemi. Namun, setelah rencana pertemuan OPEC+ diumumkan, harga minyak naik lebih dari 2 persen dari penurunan terakhir.
Minyak mentah berjangka Brent naik US$1,90 atau 2,7 persen menjadi $71,13 per barel, setelah merosot 3,9 persen pada Selasa. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$ 1,71 atau 2,6 persen menjadi US$67,89 per barel, setelah turun 5,4 persen pada Selasa.
Sehari setelahnya, atau Kamis, OPEC+ akan bertemu bersama negara rekanan, termasuk Rusia. Beberapa menteri OPEC+, termasuk dari Rusia dan Arab Saudi, mengatakan tidak perlu ada reaksi spontan yang perlu diambil.
Prediksi penghentian rencana tambahan pasokan
Beberapa analis memprediksi OPEC+ akan menghentikan rencana untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari pada Januari, mengingat potensi turunnya permintaan akibat pembatasan perjalanan untuk mengendalikan penyebaran Omicron.
Louise Dickson, analis pasar senior di Rystad Energy, mengatakan nyatanya ancaman terhadap minyak. “Gelombang karantina wilayah dapat mengakibatkan hingga 3 juta barel per hari (barel per hari) permintaan minyak hilang pada kuartal pertama 2022," katanya kepada Reuters (1/12).
Sementara, Sunil Katke, kepala bisnis ritel komoditas di Kotak Securities, mengimbau OPEC+ untuk dapat meninjau kembali strateginya. Hal ini penting, mengingat, “Amerika Serikat dan negara-negara lain sepakat untuk melepaskan stok darurat untuk mengendalikan kenaikan harga,” katanya. “Juga karena harga telah terkoreksi dari US$85 per barel menjadi mendekati US$70, OPEC+ dapat meninjau kembali strateginya".
Hal ini, kata Sunil, kemungkinan akan terjadi mengingat varian virus corona baru dan dampaknya terhadap permintaan global, terutama di sektor penerbangan. Selain itu, jika OPEC+ setuju untuk melanjutkan rencana peningkatan pasokan pada Januari, produsen mungkin kesulitan untuk memenuhi penambahannya.
Survei menunjukkan akan ada penurunan permintaan
Sebuah survei yang dilakukan Reuters menunjukkan OPEC memompa 27,74 juta barel per hari pada November, naik 220.000 barel per hari dari bulan sebelumnya. Namun, ini masih di bawah peningkatan 254.000 barel per hari yang diizinkan untuk anggota OPEC di bawah perjanjian OPEC+.
Data dari kelompok industri American Petroleum Institute menunjukkan stok minyak mentah AS turun 747.000 barel dalam pekan yang berakhir 26 November. Penurunan ini lebih kecil dari yang diharapkan. Sepuluh analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan stok minyak mentah turun sekitar 1,2 juta barel.
Sikap yang dipertimbangkan OPEC
Kelompok negara-negara pengekspor minyak dan para rekanannya itu sudah mempertimbangkan dampak dari pengumuman minggu lalu oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk melepaskan cadangan minyak mentah darurat untuk meredam harga energi.
OPEC+ secara bertahap telah mengurangi rekor pemotongan pasokan 10 juta barel per hari yang diterapkan tahun lalu dan saat ini masih ada pengurangan sekitar 3,8 juta barel per hari. Sebelumnya, peningkatan produksi minyak OPEC pada November membuat kenaikan yang direncanakan berdasarkan kesepakatan dengan para rekanan.