Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Garuda Indonesia (GIAA) Kantongi Pendapatan US$3,42 Miliar

Garuda Indonesia.
Garuda Indonesia. (dok. Garuda Indonesia)
Intinya sih...
  • Garuda Indonesia mencatat pertumbuhan pendapatan konsolidasi 16,34 persen menjadi US$3,42 miliar.
  • Jumlah penumpang yang dilayani sepanjang 2024 naik 18,54 persen menjadi 23,67 juta orang, dengan frekuensi penerbangan meningkat 12,21 persen.
  • Pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal mencapai US$333,75 juta, meningkat 15,87 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Jakarta, FORTUNE - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) sepanjang 2024 membukukan pertumbuhan pendapatan konsolidasian yang signifikan sebesar 16,34 persen, naik dari US$2,94 miliar menjadi US$3,42 miliar. Pertumbuhan ini merata pada berbagai lini bisnisnya, dengan kontributor utama datang dari penerbangan berjadwal.

Pendapatan dari segmen penerbangan berjadwal naik 15,32 persen mencapai US$2,74 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar US$2,38 miliar.

Kinerja positif ini didukung oleh peningkatan pendapatan dari angkutan penumpang yang mencapai US$2,57 miliar atau tumbuh 13,95 persen. Selain itu, pendapatan dari angkutan kargo dan dokumen juga mengalami kenaikan sebesar 3,07 persen menjadi US$164,70 juta.

Sepanjang tahun itu pula, Garuda Indonesia mengalami peningkatan pada jumlah penumpang yang dilayani sebesar 18,54 persen, menjadi 23,67 juta orang dibandingkan 19,97 juta penumpang pada tahun sebelumnya.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Panjaitan, menyatakan dari total penumpang tersebut, 11,39 juta di antaranya menggunakan layanan utama Garuda Indonesia, sementara 12,28 juta lainnya diterbangkan oleh anak usahanya, Citilink.

“Potensi pertumbuhan trafik penumpang pesawat secara global yang diproyeksikan mencapai 9,9 miliar penumpang, kami optimis kinerja Garuda Indonesia dapat tumbuh secara berkelanjutan di tahun 2025,” kata Wamildan dalam keterangan resminya, dikutip Kamis (27/3).

Seiring dengan pertumbuhan jumlah penumpang, frekuensi penerbangan meningkat 12,21 persen secara tahunan, dari 145.500 penerbangan menjadi 163.271 penerbangan.

Pertumbuhan sektor penerbangan tidak berjadwal dan anak usaha

Kinerja positif juga ditunjukkan oleh segmen penerbangan tidak berjadwal yang mencatatkan pendapatan US$333,75 juta, meningkat 15,87 persen dibandingkan dengan 2023.

Lonjakan pendapatan ini terutama didorong oleh pertumbuhan fantastis pada angkutan charter yang meroket 101,06 persen, dari US$52,86 juta menjadi US$106,27 juta.

Sektor lain dalam bisnis Garuda Indonesia juga mengalami pertumbuhan signifikan dengan kenaikan pendapatan 25,79 persen menjadi US$340,37 juta.

Kontribusi utama berasal dari anak-anak usaha, seperti GMF AeroAsia, yang mencatatkan pendapatan dari pemeliharaan dan perbaikan pesawat sebesar US$102,71 juta atau naik 18,54 persen secara tahunan.

Sementara itu, Aerowisata yang bergerak di bidang perjalanan wisata mencatatkan pendapatan US$40,96 juta, tumbuh 37,12 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Meski menunjukkan kinerja operasional lebih baik, Garuda Indonesia masih didera kerugian bersih US$69,78 juta. Kerugian ini dipengaruhi oleh meningkatnya beban usaha hingga 18,32 persen, terutama akibat kenaikan biaya pemeliharaan dan perbaikan pesawat, termasuk beberapa unit yang menjalani perawatan besar (overhaul) pada 2024.

Wamildan menyatakan industri penerbangan global masih menghadapi tantangan berat, seperti isu rantai pasokan, fluktuasi nilai tukar, kondisi geopolitik, serta persaingan yang semakin ketat.

"Kondisi makro ekonomi mulai dari isu rantai pasokan (supply chain), dampak fluktuasi selisih kurs, pengaruh geopolitik dan kompetisi yang semakin ketat di industri transportasi udara merupakan beberapa tantangan yang dihadapi oleh maskapai penerbangan di seluruh dunia dalam mempertahankan kinerja keuangan positif," ujarnya.

Pendapatan lain-lain bersih turun drastis hingga 77,39 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya keuntungan luar biasa, seperti pencatatan gain from bonds retirement dan pendapatan restrukturisasi anak perusahaan yang sebelumnya terjadi pada 2023.

Selain itu, pencatatan pembalikan impairment asset pada 2024 juga lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us