IHSG Anjlok 4,67 Persen dalam Sepekan, Dirut BEI Ungkap 3 Faktor Ini

- IHSG anjlok 4,67 persen dalam sepekan.
- Dirut BEI ungkap 3 faktor penurunan IHSG: global, domestik, korporasi.
- Sentimen global dan domestik serta koreksi laporan keuangan emiten berdampak pada pergerakan IHSG.
Jakarta, FORTUNE - Menurut laporan Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 21-27 Februari 2025 telah melemah 4,67 persen secara mingguan. Bahkan, pada perdagangan Jumat (28/2), IHSG kembali anjlok 185,30 poin (2,86 persen) ke level 6.300,14 hingga sesi perdagangan I.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, mengatakan terdapat tiga isu yang memengaruhi pergerakan IHSG, yaitu global, domestik, hingga korporasi.
Dari sisi global, perang tarif dari Amerika Serikat imbas dari kebijakan Trump Jilid Kedua menyebabkan volatilitas pasar. Selain itu, kebijakan suku bunga Fed pun memberikan dampak signifikan terhadap pasar saham Indonesia. Bank sentral AS diprediksi hanya akan melakukan pemangkasan suku bunga satu kali tahun ini.
“Dulu kita berharap Fed akan menurun tren [suku bunganya], tapi [ini] higher for longer, ya,” ujar Iman kepada wartawan, Jumat (28/2).
Di samping itu, terdapat sentimen global lain yang juga berpegaruh pada dinamika pasar modal Indonesia, seperti Bank of Korea yang memangkas suku bunga dari 3 persen menjadi 2,75 persen. Bahkan, indeks keyakinan konsumen AS juga terpantau melemah, dan turut menekan laju Wall Street.
“Global itu enggak bisa kita menafikan,” katanya.
Di samping sejumlah sentimen global tersebut, Iman mencermati sentimen domestik sebagai imbas pelemahan IHSG, yaitu berita Morgan Stanley telah menurunkan rating saham Indonesia yang terdapat pada indeks MSCI Indonesia dari equal-weight (EW) menjadi underweight.
Turunnya pemeringkatan tersebut sangat berdampak pada pasar saham Indonesia. Pasalnya, 40 persen porsi transaksi pasar saham domestik dikuasai oleh investor asing. Sementara itu, 60 persen lainnya investor domestik, dengan 40 persen di antaranya dari sisi retail. Jika investor asing mulai keluar dari pasar, maka IHSG akan langsung melemah.
“Kalau dulu terbalik. 70 persennya kita domestik dan retail, kalau turun semua langsung disapu sama domestik. Sekarang ini begitu retailnya mulai keluar, teman-teman makin domestik makin terpuruk,” ujarnya.
Koreksi dari rilis laporan keuangan emiten Indonesia yang berada di bawah konsensus juga dapat berimbas pada kepercayaan investor, walaupun rilis laporan keuangan tersebut mengalami kenaikan.
Hingga 27 Februari 2025, investor asing telah mencatatkan net sell senilai Rp19 triliun secara year-to-date. Hal ini berbanding terbalik dari periode awal tahun lalu, dengan net buy asing mencapai senilai Rp17 triliun.
Iman menyatakan pasar modal Indonesia memerlukan dukungan dari seluruh pelaku pasar.