Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Laba Bersih Austindo (ANJT) Naik 106,7% pada 2024, Pendapatan Turun

Ilustrasi Kelapa Sawit sebagai Salah Satu SDA - Pexels/Pok Rie

Jakarta, FORTUNE - PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mengumumkan kinerja operasi dan keuangan untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2024.

Perseroan mencatatkan laba bersih US$9,2 juta pada 2024, meningkat signifikan hingga 106,7 persen dibandingkan dengan US$4,4 juta pada 2023. 

Sementara itu, EBITDA untuk tahun buku 2024 mencapai US$59,2 juta, meningkat 7 persen dari US$49,1 juta pada 2023.

Walaupun mencatatkan peningkatan laba, total pendapatan yang diraup perseroan pada 2024 melemah menjadi US$236,8 juta, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan 2023 yang sebesar US$237,6 juta. 

“Segmen kelapa sawit tetap menjadi bisnis utama kami, dengan kontribusi pendapatan US$230,9 juta pada tahun 2024, atau 98,6 persen dari total pendapatan konsolidasian perseroan,” demikian manajemen ANJT dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (18/3).

Peningkatan laba di tengah penurunan pendapatan tersebut disebabkan oleh harga crude palm oil (CPO) yang lebih tinggi dan penurunan biaya pupuk untuk tanaman menghasilkan atau TM, diimbangi oleh volume penjualan CPO dan palm kernel (PK) yang lebih rendah.

Selain itu, terdapat penurunan biaya pengolahan tepung sagu dari US$3,1 juta menjadi US$2,1 juta pada 2024. 

Perseroan menyatakan telah menghadapi tantangan yang luar biasa tahun lalu.  Pasalnya, kondisi cuaca terhitung buruk, sehingga menimbulkan kendala operasional di perkebunan Sumatera Utara II dan Papua Barat Daya.

Peristiwa El Niño yang terjadi pada 2023 juga berdampak pada penurunan produksi di perkebunan Pulau Belitung, Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan. 

Hal ini menyebabkan penurunan total produksi tandan buah segar (TBS), bagian dari tanaman sawit, sebesar 11,7 persen dari 881.051 metrik ton (mt) pada 2023 menjadi 777.615 mt pada 2024. 

Kondisi cuaca ekstrem telah memicu wabah penyakit tanaman, yang semakin memperburuk capaian produksi perseroan. 

“Kami memperkirakan produksi akan kembali meningkat pada kuartal III-2025, sekitar enam bulan setelah remediasi penyakit tanaman dilakukan,” katanya.

Perseroan melaporkan beban usaha (bersih setelah pendapatan usaha) sebesar US$17,1 juta, meningkat 26,9 persen dari US$13,5 juta pada 2023.

Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan denda pajak sebesar US$3,6 juta pada 2024 dan kerugian selisih kurs sebesar US$917,8 ribu dibandingkan dengan keuntungan sebesar US$175,7 ribu pada 2023 akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Total aset perseroan turun menjadi US$573,2 juta pada 31 Desember 2024 dari US$580,7 juta pada 31 Desember 2023.

Jumlah liabilitas turun 3,9 persen dari US$188,7 juta pada akhir 2023 menjadi US$181,3 juta, terutama disebabkan oleh penurunan pinjaman bank jangka pendek maupun jangka panjang. 

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us