Laba Bukit Asam Melonjak 58,9%, Saham Naik 2,6%

Jakarta, FORTUNE - Emiten batu bara pelat merah, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) meraih laba bersih Rp12,5 triliun sepanjang 2022, melonjak 58,9 persen (YoY) dari Rp7,9 triliun.
Melansir publikasi laporan keuangan Bukit Asam, itu sejalan dengan pendapatan bersih yang juga bertumbuh 45,7 persen (YoY), yakni Rp42,6 triliun dari sebelumnya Rp29,2 triliun.. Pada Kamis (2/3) pukul 14.27 WIB, saham PTBA pun tercatat meningkat hampir 2,6 persen ke harga Rp3.980 setelah dibuka di level Rp3.880 pagi tadi.
Melansir RTI Business, volume transaksi saham PTBA mencapai 27,9 juta lembar, dengan total nilai transaksi Rp109,7 miliar dan frekuensi transaksi 7.245 kali.
Adapun, rasio price to earning (PER) PTBA saat ini mencapai 3,4 kali; sedangkan price to book value ratio (PBVR) PTBA adalah 1,7 kali. Kapitalisasi pasarnya siang ini berjumlah Rp45,8 triliun.
Perincian kinerja PTBA pada 2022
Seiring dengan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih Bukit Asam, beban pokok pendapatannya pun turut terkerek naik 56,4 persen (YoY), dari Rp15,7 triliun menjadi Rp24,6 triliun.
Kendati demikian, perseroan masih berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bruto menjadi Rp17,9 triliun sepanjang. Angka itu meningkat 33,5 persen dari Rp13,4 triliun pada 2021. Dus, laba bersihnya pun masih dapat bertumbuh dua digit.
Untuk arus kas bersih, PTBA mengantongi Rp12,5 triliun dari kegiatan operasional. Hampir Rp1,3 triliun dari arus kas bersih perseroan gunakan untuk aktivitas investasi. Sementara itu, Rp8,6 triliun diperuntukkan untuk aktivitas pendanaan. Dus, kas setara kas PTBA di akhir 2022 menjadi Rp7,0 triliun, lebih tinggi 59,9 persen (YoY).
Dari segi laporan posisi keuangan, total aset PTBA meningkat, dari Rp36,1 triliun menjadi Rp45,4 triliun. Begitu juga dengan jumlah ekuitasnya yang kini mencapai Rp28,9 triliun, bertumbuh dari Rp24,2 triliun.
Selain itu, total liabilitas Bukit Asam juga tercatat naik dari Rp11,8 triliun menjadi Rp16,4 triliun. Itu meliputi liabilitas jangka pendek sejumlah Rp10,7 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp5,7 triliun.