Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Perang Dagang Reda, JP Morgan Kerek Rating Saham Emerging Market

Bank JP Morgan Chase
Ilustrasi JP Morgan Chase (reuters.com/Mike Segar)
Intinya sih...
  • JP Morgan naikkan rating saham negara berkembang dari neutral menjadi overweight.
  • De-eskalasi perang dagang AS-Cina mengurangi hambatan bagi ekuitas negara berkembang.
  • Ekuitas pasar negara berkembang tertinggal 40 persen dari pasar negara maju sejak 2021.

Jakarta, FORTUNE - Perusahaan jasa keuangan multinasional asal Amerika Serikat, JP Morgan, resmi menaikkan peringkat saham negara berkembang dari 'netral' menjadi 'overweight' pada Senin (19/5). Keputusan strategis ini dipicu oleh meredanya tensi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina, serta tren pelemahan dolar AS yang kini mulai terlihat.

Sebagai langkah de-eskalasi, AS dan Cina pekan lalu menyepakati penundaan tarif resiprokal selama 90 hari. Kesepakatan ini mencakup pemangkasan bea masuk AS atas barang-barang Cina yang sebelumnya berada pada level tinggi, dan penurunan tarif impor AS oleh Cina. Harapan meredanya ketegangan perdagangan global pun menguat, seperti dilaporkan oleh Reuters.

Analis JP Morgan dalam risetnya, yang dikutip Reuters pada 20 Mei, menyatakan, de-eskalasi pada perdagangan AS-Cina mengurangi satu hambatan signifikan bagi ekuitas negara berkembang. Saham akan semakin terbantu oleh melemahnya dolar AS pada paruh kedua tahun ini.

Dengan pandangan positif tersebut, JP Morgan kini memiliki rekomendasi kuat pada sejumlah pasar negara berkembang, termasuk India, Brasil, Filipina, Chili, Uni Emirat Arab (UEA), Yunani, dan Polandia. Selain itu, mereka juga melihat peluang menjanjikan pada pasar saham Cina, khususnya pada sektor teknologi.

The Manila Times melaporkan, indeks MSCI yang mencakup saham pasar negara berkembang telah melonjak 9 persen sepanjang tahun ini. Lonjakan ini terjadi seiring dengan berkurangnya kepercayaan pada aset-aset AS, termasuk dolar yang sebelumnya dianggap sebagai safe haven, di tengah kekhawatiran atas kebijakan Presiden Donald Trump yang dinilai tidak menentu dan agresif.

"Indeks dolar turun 7,5 persen sepanjang tahun ini," demikian laporan The Manila Times, dikutip Selasa (20/5).

Menurut JP Morgan, ekuitas pasar negara berkembang telah tertinggal dari pasar negara maju sebesar 40 persen sejak 2021.

"Valuasi saham atau price to earnings ratio (PER) kini terlihat menarik karena diperdagangkan pada 12,4 kali pendapatan 12 bulan ke depan, bandingkan dengan 19,1 di pasar negara maju," demikian laporan tersebut, menyoroti potensi keuntungan bagi investor.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us