Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Rilis APBN KiTa Januari 2025 Terlambat, Pasar Harap-Harap Cemas

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan keterangan pers APBN KiTa di Jakarta, Rabu (11/12). (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) belum jua merilis laporan APBN KiTa periode Januari 2025. Hal itu dinilai membuat pasar dan investor harap-harap cemas.

Direktur Ekonomi Digital sekaligus Ekonom Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda mengatakan, bagi investor, keterlambatan pengumuman APBN KiTa sebagai sentimen negatif. Sebab, investor telah menanggap APBN KiTa sebagai sumber data kredibel terkait tata kelola keuangan negara.

Dus, terlambatnya peluncuran laporannya menyebabkan publik tak dapat mengawasi kinerja pemerintah secara optimal. Alhasil, investor pun memutuskan menunggu dan memantau pasar di tengah salah satu faktor ketidakpastian itu.

"Investor akan melihat keterlambatan konpres APBN Kita ini sebagai sesuatu yang negatif yang menyebabkan IHSG terkoreksi dalam beberapa hari terakhir," kata Nailul kepada Fortune Indonesia, Selasa (3/11).

Senada, Pengamat Pasar Modal Panin Sekuritas, Reydi Octa menilai, penundaan publikasi laporan kinerja APBN Januari 2025 menimbulkan banyak spekulasi di kalangan investor. Pada akhirnya, itu menambah daftar ketidakpastian bagi pelaku pasar, baik asing maupun domestik, yang mempertimbangkan keputusan investasi berdasarkan kondisi ekonomi makro.

Dalam APBN sendiri, para investor dapat menilai keseimbangan fiskal seperti apakah defisit anggaran terkendali, kondisi penerimaan negara dari pajak dan non-pajak, dan juga prioritas pemerintah untuk investasi di sektor-sektor tertentu. Reydi mengatakan, hal-hal itu dapat mempengaruhi selera investor dalam memilih sektor saham di IHSG.

Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia (MASI), Rully Wisnubroto menjelaskan, selain karena hal-hal itu, data APBN juga bersifat krusial karena itu dapat menjadi acuan seberapa besar keperluan pembiayaan melalui penerbitan SBN. Hal itu tentu akan menentukan berapa besar penerbitan dan tingkat pengembalian (yield) yang ditawarkan.

Yang artinya, itu juga akan berdampak terhadap pasar obligasi. "Bisa, ini akan sangat mempengaruhi kepercayaan investor," ujar Rully, Selasa.

Hemat kata, kepercayaan investor berisiko menurun akibat penundaan laporan APBN 2025. Namun, itu bukan satu-satunya faktor di balik koreksi IHSG dalam beberapa waktu terakhir.

"Masih banyak faktor lain yang mempengaruhi penurunan IHSG seperti suku bunga tinggi, nikai tukar mata uang rupiah trennya melemah, kebijakan pemerintah di sektor pertambangan untuk menaikan royalti minerba juga sentimen eksternal yang masih membuat capital outflow di IHSG," jelas Reydi, Selasa.

Pada Selasa pukul 15.52 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,87 persen di elvel 6.540,87.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us