IHSG Diprediksi Menguat Terdorong Rilis Kinerja Emiten dan Dividen

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi kembali menguat, Senin (4/4), setelah ditutup di zona hijau pada perdagangan akhir pekan lalu. Penguatan IHSG hari ini masih didukung sejumlah sentimen, seperti rilis kinerja keuangan emiten dan hingga rencana pembagian dividen.
Namun, investor masih akan bersikap wait and see terhadap perkembangan negosiasi damai Rusia dan Ukraina. Sementara terkait data ekonomi dalam negeri masih minim sentimen, menurut Analis Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper.
"IHSG akan bergerak di rentang support 7.045 dan 7.013 serta resisten 7.104 dan 7.131," kata Dennies dalam risetnya dikutip, Senin (4/4).
Saham-saham yang ia rekomendasikan untuk dilirik pada perdagangan hari ini di antaranya MNCN, ERAA, PTPP, INDY, WSKT, WIKA, ADRO, ANTM, TINS, dan ASII.
Kendati demikian, IHSG hari ini masih rentan terkoreksi. Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova menjelaskan, secara teknikal IHSG berisiko membentuk gelombang korektif 6.963 sebagai target berdasarkan level Fibonacci Retracement terdekat.
Ini terjadi karena IHSG gagal menembus ke atas 7.100 dan chart-nya cenderung pada bentuk ending diagonal. Sebagai catatan, pada Jumat (1/4), IHSG hanya menguat 0,10 persen ke level 7.078,76.
Ivan menyebut, “Level support IHSG berada di 7.008, hingga 6.926, sementara level resistennya di 7.100 hingga 7.188. Berdasarkan indikator MACD dalam kondisi bullish.”
Adapun, sejumlah saham yang menurutnya menarik dicermati hari ini adalah ANTM, MIKA, TBIG, TKIM, dan TLKM.
Infasi dan sentimen IHSG

Dari dalam negeri, terdapat beberapa sentimen yang berpeluang mempengaruhi laju IHSG hari ini.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, terjadi tren kenaikan mobilitas masyarakat di tempat perdagangan ritel dan rekreasi dengan pertumbuhan pengunjung dari 3,82 persen menjadi 6,62 persen.
Mobilitas tempat kerja pun meningkat jadi 6,23 persen setelah terkontraksi -6,57 persen pada Februari 2022 karena level PPKM yang naik.
Dus, gerak ekonomi—termasuk sektor industri—turut terdongkrak. Indeks Manufaktur (PMI) menguat tipis dari 51,2 ke 51,3 pada Maret.
Alhasil, penyerapan tenaga kerja akan lebih tinggi karena kebutuhan produksi naik. Akan tetapi, penguncian spasial di Cina dapat membayangi kinerja ekspor Indonesia. Ini dikarenakan Negeri Panda merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.
“Meski begitu, Indonesia tetap berada dalam posisi yang baik dalam menerima kenaikan permintaan imbas konflik Rusia-Ukraina dapat saling menutup galian yang terbuka," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus.
Sementara dari inflasi, meski terjadi kenaikan tetapi masih dalam target BI (2–4 persen). Pada Maret 2022, inflasi tumbuh 0,66 persen (MoM). Pada kuartal pertama, inflasi berada di level 2,64 persen; sedangkan inflasi inti pada Maret mencapai 2,37 persen (YoY)—tertinggi sejak Mei 2020.
“Berdasarkan analisis teknikal, kami melihat IHSG berpotensi bergerak menguat terbatas dengan potensi koreksi, di rentang 7.035–7.099,” tulis Nico.
Tiga saham yang ia sorot hari ini, yakni: BBRI, RALS, dan TINS.