Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

19 Blok Migas Disiapkan Jadi Penampung Karbon di Indonesia

WhatsApp Image 2025-10-07 at 14.20.42.jpeg
Pembukaan The 3rd IICS Forum 2025 mengusung tema “Advancing Indonesia as a CCS Hub Leader in the Asia Pacific: Achieving Net Zero and Economic Growth di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (7/10). (Dok.Istimewa)
Intinya sih...
  • 19 blok migas di Indonesia disiapkan menjadi lokasi penyimpanan karbon melalui teknologi Carbon Capture and Storage (CCS).
  • Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon.
  • Pengembangan CCS dapat memungkinkan Indonesia memiliki peran strategis dalam ekonomi karbon global.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Sebanyak 19 blok minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia disiapkan untuk menjadi lokasi penyimpanan karbon melalui teknologi Carbon Capture and Storage (CCS). Langkah ini menjadi bagian penting dalam upaya pemerintah dan pelaku usaha membangun ekosistem dekarbonisasi nasional sekaligus membuka peluang investasi baru pada sektor energi hijau.

Executive Director Indonesia Carbon Capture and Storage Center (ICCSC), Belladonna Maulianda, menyatakan Indonesia memiliki potensi besar mengembangkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon.

Sebagai gambaran, teknologi CCS pada dasarnya berfungsi menangkap emisi karbon dari kegiatan industri berbahan bakar fosil, kemudian menyimpannya di bawah permukaan bumi agar tidak mencemari atmosfer.

“Berdasarkan data ESDM, ada sekitar 19 feed projects atau proyek desain teknik awal CCS dari Sabang sampai Merauke. Proyek ini merupakan kombinasi antara onshore dan offshore, kombinasi tempat penyimpanan di depleted reservoir dan juga di saline aquifer atau di lapisan air yang konsentrasi garamnya tinggi,” kata Belladonna dalam konferensi pers International and Indonesia Carbon Capture Storage (IICCS) Forum 2025 di Jakarta, Selasa (7/10).

Beberapa blok migas yang sedang disiapkan untuk proyek CCS: ExxonMobil mengelola Cekungan Asri dan Lapangan Gundih, Cepu, Jawa Tengah; BP Indonesia di Blok Tangguh Ubadari, Papua Barat; INPEX di Blok Masela, Maluku; serta Repsol di Blok Sakakemang, Sumatra Selatan.

Di sisi lain, PT Pertamina (Persero) aktif mengembangkan proyek serupa melalui kemitraan dengan sejumlah perusahaan asing.

Belladonna menambahkan, Indonesia memiliki kapasitas penyimpanan karbon di bawah tanah mencapai 600 gigaton. Kapasitas itu jauh lebih besar dibandingkan emisi karbon nasional yang mencapai sekitar 600 juta ton per tahun.

Dengan potensi sebesar ini, Indonesia tidak hanya mampu menampung karbon hasil industri dalam negeri, tetapi juga dari negara lain yang memiliki keterbatasan ruang penyimpanan.

“Potensi penyimpanan karbon di Indonesia sangat besar. Kalau dihitung, kapasitas 600 gigaton itu bisa digunakan hingga lebih dari 200 tahun. Jadi, cukup untuk menampung emisi dari dalam negeri sekaligus menjadi solusi bagi kawasan Asia,” ujarnya.

Proyek CCS Pertamina dan ExxonMobil

Pada kesempatan sama, Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, menilai pengembangan CCS akan menjadi pintu masuk bagi Indonesia dalam memainkan peran strategis perekonomian karbon global. Ia mencontohkan proyek kerja sama Pertamina dan ExxonMobil yang memiliki nilai investasi hingga US$10 miliar sebagai bukti besarnya potensi sektor ini.

Menurut Eddy, negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura memiliki emisi karbon tinggi, tetapi kapasitas penyimpanannya terbatas. Kondisi tersebut membuka peluang bagi Indonesia menjadi mitra penyimpanan karbon lintas negara sekaligus sumber pendapatan baru bagi negara.

“Negara-negara [penghasil emisi] besar memiliki ruang penyimpanan karbon yang sangat kecil. Indonesia memiliki potensi besar untuk menangkap peluang ini dan menjadikannya investasi strategis,” ujar Eddy.

Ia menegaskan pemerintah perlu memperkuat kerja sama bilateral dengan negara-negara strategis serta mempercepat perizinan proyek CCS agar inisiatif ini bisa segera direalisasikan.

Upaya tersebut juga perlu diimbangi dengan regulasi lintas batas yang jelas untuk mendukung implementasi cross-border CCS antara Indonesia dan negara-negara mitra seperti Singapura, Korea Selatan, maupun Jepang.

Selain menjadi peluang ekonomi, CCS juga diharapkan dapat membantu industri dalam negeri mengurangi emisi karbon secara signifikan. Industri besar seperti baja, petrokimia, semen, dan pupuk disebut sebagai sektor prioritas yang dapat memanfaatkan teknologi ini karena menjadi penyumbang emisi terbesar.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us

Latest in News

See More

Daftar Perusahaan Penyelenggara Program Magang Nasional 2025

07 Okt 2025, 17:01 WIBNews