NEWS

Mau Ikut Kurangi Dampak Perubahan Iklim? Ambil Pekerjaan Ini

Inggris targetkan 2 juta green job tercipta pada 2030.

Mau Ikut Kurangi Dampak Perubahan Iklim? Ambil Pekerjaan IniTurbin angin lepas pantai. (ShutterStock_TebNad)
15 September 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Seluruh dunia saat ini sedang bersiap untuk menghadapi perubahan iklim yang dampaknya semakin terasa. Tanpa mengurangi kenyataan pahit pandemi Covid-19 pada kehidupan manusia, nyatanya suhu bumi terus mengalami peningkatan. Untuk itu, seluruh negara berikhtiar menghindari kenaikan suhu global sebesar 1,5 derajat Celsius.

“Setiap pembangunan, identik dengan emisi karbon yang lebih besar. Sekarang dunia berikhtiar bagaimana kita tetap membangun, namun emisi karbonnya rendah. Bahkan, ambisi yang lebih keras, yaitu supaya kita menjadi sebuah rezim bumi yang nettonya Nol. Artinya, kalau ada yang menghasilkan, harus ada yang netralisir karbon itu,” ujar Sri Mulyani dalam ESG Capital Market Summit 2021, Juli lalu.

Terlebih di berbagai belahan dunia, isu perubahan iklim akan menjadi momok lebih menakutkan daripada pandemi Covid-19. Salah satu tema yang saat ini mencuat terkait kelangsungan hidup manusia adalah munculnya berbagai jenis pekerjaan yang dianggap mendukung solusi masyarakat dunia dalam meredam pemanasan global.

Menukil BBC, saat ini mulai bermunculan sejumlah pekerjaan ramah lingkungan yang disebut sebagai green job. Konsep ini berkenaan dengan pekerjaan yang dianggap berkontribusi dalam upaya mengatasi perubahan iklim, baik langsung maupun tidak langsung.

Pemerintah Inggris kabarnya mulai menargetkan 2 juta green job tercapai pada 2030, sebagai bagian dari rencana pembangunan ekonomi dengan pencapaian emisi bahan bakar fosil nol persen. Berikut ini adalah beberapa contoh green job tersebut.

Memanaskan tanpa emisi

Upaya mengurangi pemanasan global bisa dimulai dari hal-hal biasa di sekitar kita, seperti peralatan rumah tangga misalnya. Pemanas air bertenaga gas mengeluarkan emisi yang berkontribusi terhadap panas berlebih di Bumi. Badan Energi Internasional pun mulai menyuarakan untuk menghentikan penjualan perabot ini agar tujuan penciptaan energi hijau segera tercipta.

Di Livingston, dekat Edinburgh, pabrik Mitsubishi Electric membuat satu alternatif ramah lingkungan, yakni produk pemanas yang menggunakan sumber tenaga udara. Produk ini sangat ramah lingkungan, karena kemampuannya menarik kehangatan dari udara untuk memanaskan rumah dan air, tanpa melepaskan karbon apa pun dalam prosesnya.

Paul McGoogan, 27, sudah bekerja sejak tujuh tahun lalu di jalur produksi, membentuk panel logam yang menampung setiap unitnya. Kini, dia memimpin timnya. Menurutnya, bekerja di industri yang sedang berkembang ini tidak hanya membawa manfaat keamanan kerja.

"Saya dan pasangan baru saja membeli rumah baru dan langkah selanjutnya bagi kami adalah memulai sebuah keluarga. Untuk itu, melakukan berbagai hal lebih untuk masa depan berkelanjutan adalah sebuah persoalan besar bagi saya,” ucapnya.

Bagi Paul, hal ini termasuk berkontribusi secara berkelanjutan sebagai pemasang pompa pemanas yang jumlahnya sudah mencapai 900 pekerja pada 2019 dan diharapkan mencapai 15.000 pekerja pada 2028.

Pertanian rendah karbon

Bagi Beth Campbell, 21, bekerja di Scunthorpe seperti melangkah ke dunia fiksi ilmiah. Dia bekerja sebagai asisten peneliti untuk Jones Food Company, yang merupakan pertanian vertikal terbesar di Eropa.

Pekerjaan yang Beth lakukan di sana adalah memeriksa ribuan tanaman basil yang tumbuh di tatakan besar yang ditumpuk satu dengan lainnya. Semuanya bermandikan cahaya ungu lembut dan diberi nutrisi dengan kontrol yang cermat.

Beth mengatakan, air yang digunakan pun melewati proses daur ulang, listriknya berasal dari panel surya di atap, tidak ada bahan kimia yang mengalir, tidak ada mesin diesel yang berat, dan hasil panen dijual secara lokal. “Semua ini dilakukan untuk menghindari beban lingkungan,” katanya.

Tergerak karena pemandangan sampah plastik di pantai dan panen yang gagal, Beth pun berupaya mendapatkan gelar di bidang kimia. Tetapi, setelah mendengar tentang pertanian vertikal dari film dokumenter David Attenborough, ia pun melihat peluang tidak jauh dari rumahnya.

"Saya melamar dengan iseng dan mendapatkannya, saya tidak percaya, saya kagum ketika saya pertama kali masuk, skalanya luar biasa," ujar Beth.

Menurut Beth, pertanian dalam ruangan telah ada sejak tahun 1920-an, tetapi tidak pernah dalam skala sebesar ini, dengan berbagai teknologi untuk membuatnya berkelanjutan. Lusinan model sedemikian pun kini sedang direncanakan untuk berkembang di seluruh Inggris.

"Ini bisa merevolusi pertanian karena Anda tidak perlu mengeluarkan berton-ton karbon di seluruh dunia, yang akhirnya hanya untuk dibuang ke tempat sampah dan membusuk," katanya.

Related Topics