NEWS

Bukan Cuma AS, Konser Taylor Swift Juga Gerakkan Ekonomi Negara Lain

Selain tiket, akomodasi dan transportasi juga terdongkrak.

Bukan Cuma AS, Konser Taylor Swift Juga Gerakkan Ekonomi Negara Lainilustrasi Taylor Swift (instagram.com/taylorswift)
04 March 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Musisi internasional, Taylor Swift, semakin menunjukkan dominasinya di antara musisi global lainnya. Sejumlah Konser yang diadakan musisi ini tidak hanya mendongkrak Ekonomi Amerika Serikat, tetapi juga juga negara-negara lain yang menjadi tujuan turnya.

Dilansir dari The Straits Times, banyak negara mulai berebut Taylor Swift menyelenggarakan konser di negaranya  karena dampak ekonomi yang bisa ditimbulkan dari event tersebut. Singapura sebelumnya dikabarkan rela memberikan subsidi sampai US$3 juta Rp47,23 miliar (kurs Rp15.744,91 per dolar AS), sebagai perjanjian eksklusif bagi Swift.

Menurut penghitungan Direktur Penelitian Makroekonomi Maybank, enam konser Swift di Singapura pada Maret ini berpeluang mendatangkan pendapatan pariwisata Singapura hingga SGD500 juta atau Rp5,86 triliun (kurs (Rp11.715,89 per dolar Singapura).

“Konsernya hanya sekali saja. Dampak langsungnya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan nilai strategis yang dapat dihasilkan dari konser Taylor Swift,” katanya seperti dikutip dari ST, Senin (4/3).

Belum lagi kemampuan untuk meningkatkan status Singapura sebagai pusat acara kelas dunia terkemuka di Asia. Dengan begitu, musisi papan atas lainnya akan lebih tertarik untuk menyasar Singapura sebagai lokasi konser, karena mengetahui bahwa mereka dapat menjangkau penonton Asia dari satu kota yang terhubung dengan baik.

Ekonom Wall Street juga menghitung, dampak riak terhadap perekonomian Singapura dari pengeluaran satu orang– rerata penonton konser Taylor Swift–adalah sekitar 1.385 dolar Singapura atau Rp16,22 juta.

Pemasukan bagi negara

Ekonom untuk Asia ex-Jepang di Nomura, Toh Si Ying, mengatakan bahwa 40 persen pengunjung konser-konser di Singapura untuk musisi sekelas Swift atau band Coldplay, adalah wisatawan dari luar Singapura.

Dengan rata-rata wisatawan yang menginap empat hari, diperkirakan biaya yang dihabiskan sekitar SGD400 atau sekitar Rp4,69 juta. Dengan begitu, mereka pun akan menyumbang SGD403,2 juta (Rp4,72 triliun) terhadap pendapatan pariwisata.

Rinciannya, jumlah ini terbagi 25 persen untuk akomodasi, 25 persen untuk belanja, 10 persen untuk makanan dan minuman, serta sisanya untuk pengeluaran lain, seperti tiket pesawat dan transportasi domestik.

Menurut Si Ying, konser Clodplay dan Swift saja bisa menyumbang hingga 25 persen pertumbuhan domestik bruto Singapura pada kuartal pertama 2024. Dari penjualan tiket saja diperkirakan meghasilkani SGD75,2 juta (Rp881,03 miliar) untuk pertunjukan Swift, dan SGD54,9 juta (Rp643,20 miliar) untuk pertunjukan Coldplay.

“Sebagian besar pendapatan ini diasumsikan diberikan kepada para artis, dan sekitar 19,5 juta dolar Singapura (Rp228,47 miliar) masuk ke ekonomi Singapura,” tulis Strait Times tentang analisis Si Ying.

Dampak bagi sektor lain

Dampak ekonomi yang bisa dibawa oleh konser seorang Taylor Swift tidak hanya berhenti di tiket, namun juga ke sektor lain, seperti penerbangan maupun hotel.

Heron Lim, Ekonom Moody’s Analytics, memperkirakan bahwa dampak langsung dari konser Swift di Singapura pada perekonomian bisa mencapai SGD35 juta atau Rp410,09 miliar.

General Manager Trip.com Singapura, Edmund Ong, mencatat bahwa total volume pemesanan terkait Singapura melonjak 275 persen selama periode konser Swift, dibandingkan dengan periode dari 15 hingga 23 Maret.

Konser Swift diketahui telah menyebabkan, penerbangan masuk Singapura meningkat sebesar 186 persen, pemesanan akomodasi melonjak sekitar 460 persen dan pemesanan objek wisata dan tur meroket 2,373 persen.

Meski begitu, tampaknya faktor lokasi juga jadi pertimbangan perhitungan ini. Dampak ekonomi konser Swift di Australia ternyata tidak sebesar perkiraannya. Penyebabnya, menurut beberapa ekonom Australia, tiket pertunjukkan lebih banyak dibeli oleh penduduk setempat, bukan wisatawan seperti di Singapura.

Related Topics